83. Hanifa

2K 322 236
                                    

Serial SHALIH SQUAD Jr. – 83. Hanifa

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 5 Maret 

-::-

Dia adalah anak ke tiga dari pasangan Ibu Hanun dan Bapak Kahfi. Hadir dalam tahun ke empat pernikahan suami istri tersebut. Punya dua orang kakak lelaki dan dua orang adik lelaki, serta empat orang adik perempuan. Gadis bertubuh sedang dengan tinggi seratus enam puluh delapan senti itu memiliki senyum yang cerah meski hanya terlihat sekejapan. Siapa pun akan merasa senang melihat senyuman tipisnya.

Namanya Hanifa.

Menjadi anak perempuan pertama dalam keluarga, tidaklah mudah. Kadang dia harus berperan sebagai pengurus rumah yang baik. dokter, tukang masak, tukang bersih-bersih, dan banyak hal lainnya.

Oleh anak pertama di Keluarga BESAR tersebut, Hanifa dipanggil 'Fa'. Hamzah akan berteriak ke sana ke mari, bertanya banyak hal pada adik perempuannya itu, jika ibu mereka sedang tidak di rumah. Seperti;

"Fa, lihat kunci mobil Mas ngga?"

"Fa, gula di mana? Udah abis nih yang di toples!"

"Fa, itu Zidan ke dapur tuh coba lihatin!"

"Fa, Mas laper. Masakin fetucini, jaebal?"

"Fa, temenin Mas nonton. Si Alif sama Johnny ngga bisa ikutan tuh."

Sedangkan oleh Jafar, anak ke dua di keluarga tersebut, Hanifa biasa dipanggil dengan nama pendek; Nif. Biasanya Hanifa dan Jafar berangkat juga pulang sekolah bersama menggunakan motor matik yang dibelikan oleh ayah mereka begitu Jafar lolos ujian SIM.

"Nif, buruan! Udah jam segini nih!"

"Nif, nanti Mas futsal. Kamu ngangkot aja, oke?"

"Nif, bawain tas ke motor gih."

"Nif, ngga usah bikinin makanan ya. Mas mau jajan di kantin aja."

"Nif, jangan ngadu ya tadi Mas, hm, abis ribut sama temen sekelasnya Ali."

Sedangkan oleh adik-adiknya, Hanifa dipanggil dengan sebutan Unifa. Singkatan dari Uni-Hanifa. Adik-adiknya ini biasanya manja luar biasa pada Hanifa, sebab seringnya ibu mereka sudah terlalu lelah mengurusi Zidan plus dua usaha miliknya. Jadi untuk urusan hal-hal kecil, mereka akan bertanya pada Hanifa.

"Unifa, aku laper. Bikinin nasi goreng dong?" – Hafiza

"Kaos kaki aku yang hijau ada polkadotnya itu di mana ya, Uni?" – Nada

"Baju aku kok sobek? Uni, jahitiiin!" – Nida.

"Unifa, aku nyalain kompor kok ngga bisa-bisa? Oh, gasnya abis kayaknya. HEHE." – Zahra

"Check my work, please? My Uni that beautiful as a flower!" – Zeyara

Dan oleh ibunya, Hanifa tak luput dari hal-hal demikian.

"Hanifa, pijitin Umma dikit dong nih? Sebelah sini. Punggung Umma pegel banget... Kamu lagi capek ngga?"

"Han, pegangin Zidan dulu. Umma mau tidur."

"Hanifaaa, itu adek-adeknya ribut kenapa coba lihaaat..."

Sementara oleh sang ayah, Hanifa diperlakukan seperti Puteri Raja.

"Ssst, Han, lagi sibuk ngga? Appa tadi ada yang nawarin sepatu di kantor. Ada karyawan jualan. Appa beli aja buat kamu."

"Kamu itu sesekali hangout sama temen-temen kamu gitu. Nanti Appa transfer butuhnya berapa buat belanja. Ngemal gitu lho. Jangan di kamaaar terus mainan laptop. Emang sayangnya Appa ngga bosen apa di kamar mulu?"

"Potongan rambutnya bagus, tapi kependekan. Besok-besok jangan sependek ini ya, Han?"

"Udah, kamu istirahat aja, nanti ini biar dicuci Hafiza atau Zahra."

Memang, cuma ayahnya yang melihat bahwa Hanifa ini semacam dijadikan pengurus rumah tangga oleh saudara-saudaranya. Dari mencari tas sekolah yang diletakkan Zahra entah di mana. Atau tabungan koinan Nida yang tiba-tiba lenyap dari tempatnya, ternyata ada di bawah kasur disembunyikan sendiri oleh yang punya. Atau pun ketika kancing kemeja Hamzah lepas, ya Hanifa yang jahit.

Luar biasa.

Tapi begitu Hanifa jatuh sakit, satu rumah kelimpungan.

"Unifa kenapa sakit? Yang nemenin aku ngerjain peer, siapa?" – Zeyara

"Maaf ya, Unifa, kecapean ya nyari tabungan koinan aku?" – Nida

"Mianhae, Unifa..." – Nada

"Mau aku bikinin teh hangat ngga, Uni?" – Hafiza

"Cepet sembuh dong, Uni, nanti makan indomi bikinan aku. Aku udah bisa bikin indomi sekarang. YEHEY!" – Zahra

"Kamu sakit, Nif? Yah, besok Mas ke sekolah sendiri dong? Ini kecapean nih pasti. Kan Mas udah bilang, nanti Mas kerjain. Kamu ngga sabaran sih..." – Jafar

"Umma, Hanifa sakit apaan nih? Badannya panas banget. Ini, coba pegang. Ganti baju, Fa, kita langsung ke dokter. Udah, ngga usah banyak omong. Jilbabnya di mana nih? Lemari sebelah mana? Ambil sendiri gih. Buruan. Ck, ya udah Mas ambilin. TUH KAN! Apaan dah nih? Apa Mas bilang? Ambil sendiri! Eh, astaghfirullaah, kenapa jadi marah-marah ke kamu. Ya udah, buruan ganti baju. Mas tungguin di depan kamar. Sepuluh menit." – Hamzah

Itu kalau sakit. Apalagi kalau Hanifa tiba-tiba nangis. Bisa heboh Bumi ini.

"Ini Hanifa kenapa nangis? Siapa yang bikin adeknya Mas kesel? Hah?" - Hamzah

Padahal, sebagai perempuan, normalnya menangis di waktu-waktu tertentu menjelang datang bulan. Tapi demikian lah si cantik Hanifa bersama sederet anggota keluarga di rumahnya. Meski dia mengurus keperluan adik-adiknya dan kakak-kakaknya, tapi Hanifa tidak pernah merasa sebagai pengurus rumah atau semacamnya. Dia justru senang jika dia lah yang dijadikan tempat bertanya oleh orang-orang yang dia sayang.

Hanifa, begitu dicinta.

Dan tentu, Hanifa senantiasa dijaga. Ada banyak orang yang siap menjaganya sebab akhlaknya yang baik luar biasa.

[]

[✓] [ SHALIH SQUAD Jr ] Our LivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang