Serial SHALIH SQUAD Jr. – 154. Menunjukkan Kebaikan
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2019, 17 Februari
Note : Kalau ada typo, mohon diinfo ^^
-::-
Humaira tiba di rumah sekitar pukul setengah dua siang, dengan sebungkus jajanan di tangannya. Ucapan salamnya disambut oleh sang ibu yang rupanya baru selesai menemani Hafshah, adik Humaira yang paling kecil, makan siang.
"Pulang sama siapa, Mai?" tanya Ibu Mutia begitu punggung tangan kanannya dicium hormat oleh putrinya.
"Dianterin sopirnya Khansa," jawab Humaira. Arah rumah Khansa yang paling ujung, biasanya dijadikan kesempatan untuk mengantar yang lain-lain yang memang searah. "Aa udah pulang belum, Bu?"
Ini maksudnya Aa-nya sendiri; Uwais lah, siapa lagi...
"Beluman, katanya insyaaAllah bakda Asar sampe rumah. Ada urusan sama Umar."
"O..."
Tas sekolah Humaira tergeletak di atas sofa, dan gadis itu mulai melepas sepatu, kaos kaki, serta jilbabnya.
"Maryam sama Asma?" tanya Humaira lagi. Biasanya dua adiknya itu bakalan terdengar suaranya memenuhi ruangan depan. Adik-adiknya memang bersekolah di sekolah dasar dekat dari rumah, jadi selain pulangnya memang sebelum azan Zuhur, sampainya tentu lebih cepat daripada Humaira.
"Tidur tadi abis shalat Zuhur. Mai udah makan?"
Mengangguk, Mai menjawab, "Alhamdulillaah udah. Tadi abis Zuhur pada jajan mi ayam, hehe..."
"Ya udah, salinan kalau gitu. Nanti temenin Hafshah ya? Ibu mau angkatin mukena tuh udah pada kering. Biar nanti sebelum Asar udah bisa dianter-anter ke masjid-masjidnya."
Humaira lagi-lagi mengangguk. Tapi ada tanya terbit dalam hatinya. Perihal kebiasaan ibunya yang dengan sukarela mengambil mukena-mukena di mushala atau masjid sekitar rumah mereka, untuk kemudian dicuci bersih sampai wangi, setiap sepekan sekali. Bahkan ada yang antar sejumlah mukena kotor ke rumah. Dan ibunya selalu mencuci mukena-mukena tersebut dengan mesin cuci di rumah mereka sendiri. Bukan di laundry, gitu.
"Ibu," kata Humaira, "Ibu ngga capek yah, nyuci baju banyak banget kan... Terus. nyuci mukena juga banyak..."
Mendengar pertanyaan putrinya, sang ibu melepas senyum. "Kan nyuci mesin atuh, bukan ibu."
"Iya, Mai tahu atuh..." balas Humaira lagi. "Tapi kan capek juga, jemur-jemur, angkat-angkat..."
"Tapi kan dapet pahala?" balas Ibu Mutia.
"Iya, nanti masuk Surga ya, Bu, ya?" serobot Hafshah.
Ibu Mutia tertawa. "Iya, cari pahala biar dapet rahmat Allah, ya kan?" ucapnya, membelai kepala Hafshah.
"Khansa pernah cerita, Ammah Fatima juga suka ambil-ambil mukena yang kotor, di banyak masjid termasuk masjid punya mereka itu, tapi cucinya di laundry," ucap Humaira. "Kan ngga capek-capek atuh, Bu..."
"Ya teu nanaon, Mai... Ammah Fatima itu, ambil mukenanya di baaanyak masjid. Terus kalau ketemu mukena yang tipis, diganti dengan yang bagus. Dibordir juga biar jelas itu punya masjid A, B, C..."
"Ammah Nora juga..." kata Humaira. "Nafisa told me."
"Iya, Ammah Nurul juga. Ammah Nisa, Ammah Queen," kata Ibu Mutia lagi. "Ibu sering curhat ke mereka, kadang ada yang ketuker mukenanya..."
Ibu Mutia tertawa. Humaira dan Hafshah juga tertawa.
"Pahalanya paling besar itu Ammah Nora sama Ammah Fatima dong ya, Bu?" tanya Humaira kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] [ SHALIH SQUAD Jr ] Our Lives
SpiritüelSeason One Apa aja sih yang terjadi di masa-masa SMP dan SMU yang menyenangkan?