29. Kisah Burung Gagak

2.8K 367 30
                                    

Serial SHALIH SQUAD Jr. - 29. Kisah Burung Gagak

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2017, 26 Februari

-::-

Bilal yang berusia lima tahun, menyaksikan semuanya. Dari ayahnya membantu menggotong keranda, pun menshalatkan jenazah (yang Bilal juga turut serta meski ia masih bingung kenapa shalatnya berbeda), sampai pada ketika ayahnya turun ke liang lahat. Membantu jenazah untuk berbaring di sana.

Bilal juga mencermati ibunya yang menangis sambil memeluk sepupu ibunya seraya mengusap pelan lengan sepupu ibunya tersebut.

Ibu dari sepupu Nora hari ini dimakamkan. Setelah sakit sekian pekan, semalam beliau mengembuskan napas terakhir. Kantung mata Nora terlihat agak sembab, dikarenakan kurang tidur dan menangis terus.

Lubang kubur ditutup dan Ben membantu yang lain meratakan lubang tersebut dengan tanah. Bajunya kotor bukan main oleh tanah. Sama halnya dengan Kahfi, yang memegang cangkul dan memindahkan gundukan tanah yang ada di sisi-sisi samping makam, agar memenuhi lubang dan menjadikannya gundukan.

"Udah, Mas," kata Ben pada Kahfi.

Mengangguk, Kahfi memberi tahu yang lain bahwa makam telah selesai ditutup. Seorang ustadz mendekat ke makam, duduk di tepian makam yang telah dibatu, lalu membaca serangkaian doa.

"Kamu sama Ummi aja ya," kata Ben begitu Bilal menghampirinya. "Baju Abi kotor, sayang."

Menurut, Bilal kembali pada Umminya. Menempelkan tubuhnya pada tubuh sang ibu, lalu memerhatikan orang-orang duduk melingkari makam yang baru tersebut dan mendengar ustadz melantunkan doa-doa.

Prosesi usai sekitar jam sepuluh pagi. 

Ben dan Kahfi membersihkan diri di toilet yang ada di kawasan pemakaman. Sementara Hanun menemani Nora dan Ibu Karina, berbincang dengan anak dari mendiang.

"Balik yuk," ajak Kahfi begitu selesai membersihkan tangan dan kaki dari lumuran tanah plus berganti pakaian. Diserahkannya sebungkus plastik berisi pakaian kotor pada Hanun.

"Ummi naik mobil Kahfi aja ya, Ra?" kata Ibu Karina. 

"Iya, Ummi. Hati-hati ya."

Nora, mencium tangan ibunya. Ben mengambil Bilal dalam gendongan, tangannya masih memegang plastik berisi pakaian kotor. Mereka saling berpisah jalan ke mobil masing-masing.

Melajukan mobil dengan kecepatan sedang, Ben menghela napas pendek. 

"Capek ya, B?" tanya Nora pada suaminya. 

Nora duduk di belakang, sebab Bilal duduk di kursi depan.

"Abi capek ya, angkat-angkat nenek?" tanya Bilal pada ayahnya.

Senyuman di wajah Ben terlihat. "Ngga juga sih. Fine-fine aja... Cuma agak lapar nih."

Mereka tertawa. 

"Aku udah pesan makanan ke warung Padang dekat rumahnya Indah. Nanti kita makan bareng aja di sana ya, B," kata Nora. "Anak Ummi lapar juga ngga?"

"Ngga. Aku kan ngga angkat-angkat kayak Abi..." sahut si kecil Bilal.

"Tapi mau dong, ikutan makan?" tanya Ben dengan tawa kecil.

"Ngga," tolak Bilal lagi. "Abi aja biar kenyang..."

Nora tertawa juga. "Bilal bantuin Ummi aja ya nanti... Biar nasi Ummi habis?"

"Oke, Ummi syayang..." Bilal mengacungkan jempolnya dengan cengiran ke arah Nora, lalu kembali menghadap jalanan di depan. "Abi, kenapa orang mati itu dikubur?" tanya Bilal pada Ben.

[✓] [ SHALIH SQUAD Jr ] Our LivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang