Serial SHALIH SQUAD Jr. – 101. Mau Jadi Apa
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2018, 20 April
Note : Korelasinya dengan Bab 1. [FB] Bobo Bayeng. Okeeeys!
- : : -
Malam ini, Mansion milik Bapak Benjamin Bin Adam kedatangan bocah-bocah tanggung yang sedang beranjak dewasa. Pemuda-pemuda harapan bangsa generasi selanjutnya. Anak-anak lelaki yang dibina dan dididik oleh ayah-ayah mereka---
"Weh, geseran dong ah!" ucap seseorang di antara mereka.
Padahal lagi dibangga-banggain, heul!
"Mata gue pedes bener nih, Bil. Alig, Abi lo pas muda itu gamer apa gimana," serobot yang yang namanya Umar.
"Haha, iya kali," kata yang lain, anak yang punya rumah. "Tuh, tanya Khalid. Abi kan sohib bokapnya Khalid."
"Auk ah..." sambut yang lainnya lagi, yang ayahnya dijadikan pembicaraan.
"Heh, udah jam berapa nih! Tidur!" kata yang satu. "Zaid kenapa ngga ikut ah ngga seru."
"Yeeeuh," sorak yang lain.
"Jafar kekurangan soulmatenya," komentar pemuda bernama Ali.
"Jaf, kaki, Jaf. Kaki!" omel Uwais ketika merasakan kaki Jafar menumpu kakinya.
Ini gini ya, sebenarnya Bilal punya banyak kamar tidur di rumahnya. Ya secara rumahnya bukan rumah yang kecil sih. Tapi teman-temannya tidak bersedia tidur di kamar-kamar itu. Lebih pilih tidur di ruang tempat mereka min game beberapa saat tadi. Ada empat kasur yang disusun sejajar untuk mereka tidur berenam.
Dan sekarang sudah jam sepuluh malam. Harusnya mereka sudah tidur sebab yang punya mansion ini tuh bilang bahwa mereka harus tidur cepat biar bangun tahajud ngga ngantuk.
Tapi juga namanya bocah kelebihan hormon. Digabungin bareng-bareng gini, yang ada malah rusuh.
Khalid dan Umar bahkan masih asik melahap camilan, meski Bilal berkali-kali bilang; "Lo berdua kan udah sikat gigi. Tidur sih!"
Tapi pada batu.
Uwais juga bolak-balik ngambil minum. Dia mau tidur, tapi having fun sama teman-temannya kelihatannya lebih asik. Kalau Ali sih santai, dia enjoy aja ikutan ngemil snack yang ada, sambil sesekali nanya tentang Khansa kepada Khalid. Sementara Jafar?
Dia doang yang berbaring terus nutupin kepala pakai selimut. Males banget ngobrol, karena mau ngalig kayak mana? Sedangkan dia lebih sering hangout berdua Zaid sih. Secara mereka berdua sering jadi bala bantuan untuk pegang kafe kalau weekend.
"Eh, eh, bor, gue mau nanya nih," kata Umar sambil ngunyah kacang bogor. "Eh, astaghfirullaah. Apaan nih?" Mulutnya refleks mengeluarkan sesuatu. "Dih, batu. Lo beli kacang bogor campur batu, Bil?"
"Itu gue yang bawa, dul," kata Khalid, nyengir. "Ya maap dah. Gue beli yang kiloan deket halte depan sekolah. Hehe."
"Nanya apaan sih, kasep?" tanya Uwais ketika Umar sedang kumur-kumur pakai air minum.
"Gini," kata Umar, setelah menelan air dalam mulutnya. "Kan kita udah kelas dua nih, nanti lulus SMU mau ke mana?"
"Hah?" tanya Bilal. "Ke mana gimana maksudnya, Mar?"
"Jaf, lo lulus mau kuliah di mana?" tanya Umar pada Jafar yang masih selimutan.
"Kuliah tempat hyung gue lah!" sahut Jafar dari dalam selimut. Tujuannya pakai selimut tuh biar ngga denger keributan yang dibuat oleh yang lain. Tapi pas ditanya, dijawab ughaaak!
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] [ SHALIH SQUAD Jr ] Our Lives
SpiritualSeason One Apa aja sih yang terjadi di masa-masa SMP dan SMU yang menyenangkan?