Serial SHALIH SQUAD Jr. - 32. Anak Mama
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2017, 16 Maret
-::-
Siang jelang sore, Khalid mau tak mau pulang juga ke rumah. Dia sudah terselamatkan dari pertanyaan guru atas lebam di wajahnya karena teman sekelasnya rela bertukar tempat duduk untuk sementara waktu. Dan Khalid berdiam di sudut kelas, berusaha tidak menarik perhatian agar guru tidak terlalu memerhatikan wajahnya.
Tapi bagaimana dengan respons orang rumah? Terlebih Mama.
Duh.
"Assalamu'alaykum," suara Khalid memenuhi ruangan depan yang luas itu. Tidak ada orang, sebab Papa-nya di kantor, dan Mama-nya paling sibuk di kamar dengan adik-adik Khalid.
"Wa'alaykumussalaam," balas suara Khansa. Gadis berusia lima belas tahun itu berjalan keluar menuju pintu dengan headset besar terpasang di telinganya. Rambutnya dikuncir kuda, dan tangannya sibuk men-scroll layar iPod, kemudian begitu kepalanya mendongak... "Innalillaahi, A kenapa kok mukanya begitu???"
Khalid lekas membungkam mulut Khansa dengan telapak tangannya.
"Jangan berisik ah!" gerutu Khalid. Dilihatnya Khansa membeliak, lalu mengangguk. "Mama mana?"
"A Khalid berantem? LAGI?" tanya Khansa setengah berteriak begitu Khalid melepas bekapannya. Headset-nya dilepas paksa oleh kakak lelakinya.
"Dibilang jangan berisik!" hardik Khalid. "Mama mana?!"
"Di dapur. Khadija sama Khairul baru bangun tidur siang tadi, minta dibuatin gorengan," jawab Khansa. "Aa mah berantem terus sih! Itu muka, bukan kanvas kali!"
"Berisik! Anak kecil tahu apaan sih," sungut Khalid. "Eh, jangan bilang Mama ya muka gue begini. Awas lo!" titah Khalid yang kemudian menggegas langkah, menuju kamarnya. Tapi belum juga menjauhi adiknya yang menatapnya dengan raut sebal, ponsel Khalid berdering.
Dari Mama.
"Assalamu'alaykum," ucap Khalid begitu ponselnya menempel di telinga. Kakinya mengarah ke kamarnya di lantai dua. Dia harus berjalan menuju tangga, mengabaikan keinginannya untuk menghampiri dapur dan mencomot gorengan buatan ibunya. Demi wajahnya yang tidak boleh diekspos untuk saat ini.
"Iya, Aa udah sampe kok, Mah. Di kamar ya," kata Khalid lagi, tangan kirinya memegangi birai tangga. Suara sang ibu di seberang memintanya ke ruang makan untuk menyantap gorengan bersama yang lain. "Ng... kayaknya Aa mau ngerjain tugas aja deh. Ada banyak tug---Aa ngga laper, Mah."
Dia berjalan terus, kamarnya ada di ujung. Di sebelah kamar Khairul. Khalid yang meminta kamarnya di sebelah sana. Lebih besar, dan dia dapat privasi karena letaknya yang di sudut. Tidak ada suara gaduh orang mondar mandir.
"Nanti Aa turun kalau laper," kata Khalid dengan cepat. Jangan sampai Mama ke kamar! "Bukan ngga suka. Iya, paham..."
Duh, jawaban apa yang harus dia katakan kalau mamanya sudah berkata; Kamu ngga suka gorengan buatan Mama lagi?
Dan semua berakhir dengan pertanyaan Fatima yang membuat Khalid mematung di depan pintu kamarnya sendiri.
"Kamu baik-baik aja kan? Lima menit lagi Mama ke kamar kamu."
*****
.
.
.
Khalid meringis begitu sekantung es batu menempel di dekat sudut bibir kirinya, lalu di mata kanannya, di lututnya juga. Khansa mengangkat kantung es batu di atas lutut kakak lelakinya, lalu diletakkan lagi dengan agak ditekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] [ SHALIH SQUAD Jr ] Our Lives
SpiritualSeason One Apa aja sih yang terjadi di masa-masa SMP dan SMU yang menyenangkan?