142. Stain

1.3K 247 77
                                    

Serial SHALIH SQUAD Jr. – 142. Stain

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 26 Oktober

-::-

Kelas selesai ketika bel berdering nyaring. Zeyara membereskan buku-buku sekolahnya agar ia bisa segera pulang ke rumah. Teman sebangkunya mengajaknya untuk mengatur jadwal agar bisa main PS bareng, tapi Zeyara bilang dalam bulan ini dia memilih untuk di rumah saja. Ada target hafalan yang harus ia selesaikan jika masih berminat dengan iming-iming hadiah dari orangtuanya.

"Dah!" kata temannya pada Zeyara yang sedang menutup tas.

"Iya, hati-hati," balas Zeyara dengan anggukan. Kedua tangannya bergerak untuk mengenakan tas sekolah di bagian punggung.

Sepeninggal teman sebangkunya, Zeyara bangkit dari duduk, menunduk untuk memeriksa kolong meja, dan kolong kursi. Memastikan tidak ada benda apa pun yang tertinggal di sana.

Hari ini Zeyara terpaksa pulang tanpa Zahra, kembarannya yang juga kelas enam SD tapi beda kelas. Karena Zahra tidak enak badan sejak kemarin. Zahra paling getol sekolah. Bahkan kemarin saja sudah diminta untuk tidak berangkat sekolah, tapi memaksakan diri berangkat. Jadinya suhu badannya naik gara-gara kecapekan.

Zeyara sendiri mulai merasa perubahan suhu badannya dibandingkan hari kemarin. Mungkin tertular flu yang dialami oleh Zahra, entahlah. Tapi karena itu dia mengeratkan jaketnya sebaik mungkin. Sebab baik Zahra dan Zeyara, keduanya sama-sama rajin dengan yang namanya sekolah.

"Assalamu'alaykum, Umma," kata Zeyara pada ponselnya. "Aku udah keluar kelas."

"Umma masih di jalan, Mas. Tunggu ya?"

"Iya, Umma. Fii amanillaah..."

Zeyara mematikan sambungan telepon. Dia dan Zahra memang kerap dijemput oleh ibunya ketika pulang sekolah. Bukan hanya dirinya dan Zahra yang bersekolah di sekolah ini, tapi juga Nada dan Nida yang duduk di bangku sekolah kelas empat.

Biasanya Nada dan Nida akan ada di depan kelas kakak mereka jika pelajaran sudah berakhir. Tapi kok sekarang ngga ada ya?

Zeyara mengedarkan pandangan, mencoba menemukan sosok Nada dan Nida yang mungkin saja baru keluar kelas. Nihil. Jadi Zeyara memutuskan untuk menuju kelas si kembar. Tidak sebegitu jauh, hanya melewati koridor di depan sana...

"Hm?" gumam Zeyara begitu pandangannya tertumbuk pada satu pemandangan yang tidak biasa.

Ada seorang gadis kecil seusianya yang sedang berjalan setelah duduk di satu kursi panjang di dekat taman. Zeyara mengenalinya sebagai anak di kelas sebelah, teman dari Zahra. Sepengetahuannya temannya Zahra itu juga menunggu jemputan seperti dirinya dan anak-anak lain. Sejak maraknya kasus penculikan, seluruh siswa di sekolah ini diwajibkan untuk dijemput.

Tapi bukan itu masalahnya.

The problem is... Zeyara mendapati sesuatu di rok belakang temannya Zahra itu. Sebercak noda, yang Zeyara pahami bercak apa itu.

"Aruna," panggil Zeyara pada temannya Zahra.

Merasa terpanggil, gadis kecil itu menoleh. Wajah lugunya terlihat kaget begitu mendapati Zeyara yang memanggilnya.

"Iya?" 

"There's a stain on your skirt," kata Zeyara ketika jarak mereka sudah dekat.

Terkejut bukan main, Aruna bergegas menutupi bagian belakang roknya yang disebut Zeyara sebagai rok yang terdapat bercak noda. Ini hari pertamanya mendapatkan periode pertama, dan dia ingin sekali pulang. Tapi ibunya mengurus adiknya dengan kerepotan hingga terlambat menjemput.

"S-stain?" tanya Aruna, panik. Dia berharap Zeyara salah lihat atau sebagainya.

Sebagai sekolah yang memiliki standar internasional, maka wajar jika keduanya berinteraksi dengan bahasa asing.

Zeyara mengangguk. "Kayaknya darah deh..."

Wajah Aruna merah padam mendengar pernyataan Zeyara barusan. 

Bagaimana ini? Haid pertamanya dan ada cowok yang mergokin roknya... tembus?!

Apa dia harus kembali duduk dan menunggu ibunya datang dengan membawa rok salinan?

Aruna memandang berkeliling. Riuh rendah suara siswa-siswi lain terdengar dalam indra pendengarannya. Bagaimana jika mereka mendengar? Dia bisa bertambah malu dan panik.

Melihat gelagat aneh yang ditampilkan Aruna, Zeyara mengukir senyum. Pelan, dia membuka jaket yang sejak pagi tadi menghangatkan tubuhnya.

"Nih, pake," kata Zeyara, menyuruh Aruna memakai jaket besar itu untuk menutupi roknya yang terkena bercak noda. "Bawa pulang aja. Balikinnya kapan-kapan."

Aruna memandanginya dengan kikuk. Sampai Zeyara tersenyum lagi.

Lebih lebar.

"It's okay," kata Zeyara pelan, "I have sisters yang pernah kayak gini kok."

Yeah, Zeyara dengan dua kakak perempuannya yang sudah pernah mengalami hal-hal seperti ini. Dia paham betul betapa paniknya perempuan ketika pakaiannya terdapat noda seperti itu.

"Makasih ya, Zeyara," kata Aruna sambil menerima uluran jaket dari tangan Zeyara. Lega dalam hatinya mulai terasa.

Mengangguk, Zeyara mengalihkan pandangan selagi Aruna melilitkan jaket tersebut di pinggangnya. 

"Mas Ze! Umma udah dateng belom?" tanya Nada dan Nida yang menghampiri kakak lelakinya dengan sebungkus cilung di tangan.

"Lagi di jalan. Kalian dari mana aja?"

"Dari kantin," jawab Nada dan Nida, serempak. Masing-masing mengangkat tangan kiri mereka yang memegang bungkusan cilung. 

"Kak Aruna mau?" tanya Nada.

Menggeleng, Aruna kemudian melirik Zeyara.

"Zeyara, Nada sama Nida, aku duluan ya."

Ketiganya mengangguk. 

"Hati-hati ya, kak!" kata Nida dengan lambaian tangannya.

"Assalamu'alaykum," kata Aruna sebelum berlalu dari sana.

"Wa'alaykumussalam," jawab ketiganya.

"Mas, mau ngga?" tanya Nada, mengajak dua saudaranya untuk duduk di bangku terdekat.

"Mas, itu bukannya jaket yang tadi mas pake ya?" tanya Nida, usai mengamati Aruna yang menjauh.

"Iya, biarin aja. Dipinjem sebentar," kata Zeyara, mengambil satu cilung dari tangan Nada.

"Kak Aruna tembus ya?" tanya Nada. Seingatnya, kakak perempuannya; Hafiza, juga sering mengenakan jaket dengan cara begitu. Bilangnya sih tembus.

Zeyara menempelkan telunjuk di bibirnya sendiri. 

"Ssst, jangan berisik..."

[]

*siapa yang pas tembus malah diledekin temen sekolah? Ngaqu! :v

[✓] [ SHALIH SQUAD Jr ] Our LivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang