Serial SHALIH SQUAD Jr. – 79. Naksir Gua
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2018, 23 Februari
-::-
Suasana kantin di pagi jam sembilan ini terlihat ramai seperti pada hari-hari sebelumnya. Para pemuda dan pemudi berseragam putih abu-abu kini tengah mengantre untuk mendapatkan asupan makanan setelah dua jam bergulat dengan pelajaran yang membuat mereka kelaparan.
Uwais mengambil dua mangkuk berisi bakso untuk disantap olehnya dan Umar. Khalid sedang mengantre mi ayam untuk dirinya sendiri dan Ali, juga Zaid. Dia bersiul ketika mi ayam sudah matang dan siap diangkut, agar Ali atau Zaid bergegas membantunya membawa tiga mangkuk mi ayam tersebut. Sedangkan Bilal membuka kotak makannya yang dia bawa dari rumah. Umar dan Uwais masing-masing memberinya satu butir bakso sebagai lauk tambahan.
"Hanifa!" panggil Umar ketika dilihatnya Hanifa melintas di dekat meja mereka.
Khalid dan Zaid, yang baru saja duduk di kursi kayu panjang tersebut, menoleh ke belakang.
Dan Hanifa, gadis manis bertubuh cukup tinggi itu menghentikan langkah. Khimar putihnya bergoyang diterpa angin. Sedangkan dua orang temannya kasak-kusuk di sisi kiri Hanifa.
"Iya?" respons Hanifa.
"Makan, Nifa," kata Bilal. "Eh, sori gue duluan nih ya. Laper berat, tadi ada ulangan."
Hanifa mengangguk dengan senyuman. "Iya, syukran tawarannya," katanya. Dia beralih pada Umar.
"Jafar mana?" tanya Umar sebab biasanya mereka satu meja dengan Jafar.
"Ngga masuk. Sakit perut," kata Hanifa. "Duluan ya."
"Eh, eh, terus lo sama siapa tadi jalannya?" Umar bertanya lagi.
"Sendiri. Ngangkot," jawab Hanifa.
"Nanti pulang?" cecar Umar.
"Ya ngangkot lagi," jawab Hanifa singkat.
"Pulang bareng gue aja," kata Zaid tiba-tiba.
"Lah, sama aja ngangkot juga?" komentar Bilal di sela kunyahannya.
"Asem. Ngga lah, gue bawa motor," kata Zaid cepat.
"Weh, baru gue mau nawarin," sungut Umar pada Zaid.
"Lah? Antum kan mau futsal nanti abis bubaran?" tanya Uwais.
"Ya ngga apa-apa, nganterin Hanifa dulu baru kita futsal. Daripada dia ngangkot?" tukas Umar.
Hanifa bersuara di antara perdebatan para pemuda ini.
"Ngga usah, Umar, aku pulang sendiri aja. Zaid juga, makasih ya..."
Zaid nyengir lebar. "Yah suka gitu ah," katanya. "Gue serius kok. Motornya juga ngga ngadat, baru diserpis kemarenan. Kali aja nanti ketemu nyokap lo, terus mesen somay. Kan mayan..."
Hanifa tertawa. "Nanti aku tanya deh ke Umma, mau order somay atau ngga. Makasi tawarannya. Semuanya, duluan ya. Assalamu'alaykum..."
Enam cowok ini menjawab salam Hanifa, lalu kembali menghadap makanan mereka masing-masing.
"Gas terus, bosku," kata Khalid, nyindir Zaid.
"Paan sik lu," kata Zaid, grogi. "Adeknya Bang Hamzah, mana berani gue. Lagian masa naksir adek sohib sendiri!"
Bilal tersedak gigitan baksonya sendiri. Uwais terbatuk saat meminum es teh manis miliknya. Cuma Ali yang mesem-mesem ngga jelas.
"Norak lo mah, Lid," cerocos Umar. "Ya cuma nawarin nganter pulang, ngga berarti naksir kali. Kita bukannya udah kayak sodara ya? Saling help mah wajar. Daripada dia pulang sendiri kan bahaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] [ SHALIH SQUAD Jr ] Our Lives
SpiritualSeason One Apa aja sih yang terjadi di masa-masa SMP dan SMU yang menyenangkan?