70. Menikah

2.3K 328 39
                                    

Serial SHALIH SQUAD Jr. – 70. Menikah

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2017, 22 Desember

-::-

Suara pintu dibuka dengan semangat 45, terdengar. Hilma menoleh, tersenyum mendapati putranya memasuki rumah mereka.

Yahya Ayyas duduk di satu sofa di ruang tamu, membuka sepatu kets warna hitamnya dengan tergesa. Pilek di hidungnya menghiasi kegiatannya melepas alas kaki, kini berganti sepasang kaos kaki yang ia lepas. Hingga kemudian Ayyas melesat, menghampiri ibunya yang menata menu makan siang.

Kumandang azan yang merdu, terdengar tak seberapa lama.

"Udah azan, Yas," kata Hilma pada putranya yang berusia sembilan tahun tersebut. Membiarkan Ayyas mengecup lembut perut Hilma yang tengah mengandung tujuh bulan.

"Mas Ayyas shalat dulu, dek! Kamu sama Ibu lagi ya!" kata Ayyas dengan bersemangat.

"Heee, anak Abi udah pulang!" Fajar mengambil tubuh anaknya, meninju kepalan tangan Ayyas yang terarah padanya.

"Abi lagi libur ya, Bu?" Ayyas bukannya bertanya langsung pada ayahnya, melainkan bertanya pada ibunya.

"Bentar lagi jalan," jawab Hilma. "Kamu mau ikut?"

Maksudnya, ikut ke bengkel tempat Fajar bekerja. Ayyas biasanya ikut jika dia ingin.

"Lagi hujan, Bu," kata Ayyas, mengambil satu potong tahu goreng.

Fajar ber-hu pelan, "Alesan aja nih anak Abi!" sungutnya. Hilma tertawa.

"Azan-nya udah selesai tuh. Shalat gih, ngga usah ganti baju dulu," pesan Hilma.

Ayyas mengangguk setuju, membiarkan rambutnya diacak Abi Fajar-nya yang tersayang. Dengan seragam SD kebanggaannya, Ayyas menuju pintu depan lagi. Mengalasi kakinya dengan sandal jepit hitam sebelum bergegas menuju Masjid.

Fajar mengikutinya.

.
.
.

Sekembalinya dua lelaki itu dari Masjid, Hilma telah menarik dua kursi agar dua pria yang selalu berhasil merebut hatinya itu bisa duduk dengan nyaman. Makan siang telah menanti.

"Pelan-pelan, Ayyas," kata Hilma.

"Pelan-pelan, ngayyas..." ledek Fajar yang membuat Ayyas cemberut.

Jujur saja, Ayyas sangat suka dengan namanya sendiri. Tapi ayahnya ini suka sekali mengubah namanya menjadi Ngayyas, yang katanya kalau dibalik menjadi Sayyang.

Ada-ada aja.

"Ibu, kalau besar nanti aku mau menikah," kata Ayyas tiba-tiba. Mata Hilma dan Fajar membola.

"Kenapa tiba-tiba bahas itu?" tanya Hilma.

"Aku mau menikah sama Ibu!" kata Ayyas lagi, mengabaikan pertanyaan Hilma.

Dan ini membuat kedua orangtuanya tersedak.

"Kamu abis bahas apa sih sama temen-temen di sekolah?" tanya Fajar setelah meneguk beberapa tegukan air minum.

"Tadi aku lihat di hape temen, katanya kita bisa menikah dengan siapa aja yang kita mau," kata Ayyas. "Malah boleh nikah sama laki-laki juga. Tapi aku ngga mau nikah sama Abi. Abi tidurnya ngorok. Berisik!"

Fajar mencibir mendengar celotehan putranya. Sedangkan Hilma mulai terlihat serius.

"Laki-laki ngga boleh nikah sama laki-laki, Ayyas, anak Ibu," jelas Hilma dengan tegas namun lembut. "Kita udah sering bahas, right?"

Ayyas mengerucutkan bibirnya.

"Iya sih, Bu. Tapi yang aku lihat tadi, katanya boleh..."

"Meskipun ada sejuta orang yang bilang boleh, sesama jenis itu bukan untuk saling menikah," kata Hilma. Dia menahan emosinya sekuat tenaga.

Sudah beberapa kali dia menjelaskan pada Ayyas, bahwa sesama jenis tidak layak untuk menikah. Saling sayang, boleh. Seperti RasulAllah Shallallaahu 'Alayhi Wasallam dengan Abu Bakr Radhiyallaahu Ta'ala Anhu, misalnya.

"Tapi kalau aku nikah sama Ibu, boleh?" tanya Ayyas, dengan binar di matanya.

"Ya ngga boleh atuh, Ngayyas! Anak Abi gimana sih? Ibu kan udah nikah sama Abi?" ucap Fajar, dan itu menimbulkan gurat kecewa di wajah Ayyas.

"Ayyas ngga boleh nikahin Ibu. Kan Ibu yang lahirin Ayyas. Ibu ngga boleh nikah sama anaknya sendiri, atau misal adik Ayyas perempuan, ngga boleh nikah sama Abi..." Hilma masih bersabar menjelaskan pada putranya. Ayyas memang begitu. Keceriaannya yang meletup, diiringi dengan banyak pertanyaan.

"Tapi Ibu baik banget. Masakannya enak-enak..." keluh Ayyas. Kenyataan ini seolah membuatnya menderita.

"Nanti, di masa depan, semoga Ayyas dipertemukan oleh Allah dengan gadis yang baiknya lebih atau sama dengan Ibu. Ayyas masih muda. Masih banyak yang perlu dipelajari," jelas Hilma. Sementara Fajar hanya diam memerhatikan percakapan keduanya.

"Beneran? Ibu janji? Nanti Ibu masak bareng sama dia? Aku ngga suka kalau bukan masakan Ibu..."

Ayyas membiarkan sang ibu menarik kepalanya untuk dipeluk.

"Ayyas harus belajar makan masakan siapa aja kalau begitu. Ibu kan ngga bisa selalu ada dekat Ayyas. Katanya Ayyas mau belajar ke Mesir nanti?"

Hilma melotot pada Fajar yang terkekeh melihat kelakuan Ayyas. Fajar kerap demikian sebab merasa lucu melihat betapa manjanya Ayyas pada sang ibu.

"Ibu ikut Ayyas ke Mesir ya..."

Hilma tertawa. "Mari kita minta ke Allah..."

"Abi ngga diajak?"

"Ngga. Abi kalau tidur berisik!"

Gelak tawa terdengar di meja makan. Hingga kemudian Hilma meminta dua pujaan hatinya melanjutkan kegiatan santap Siang mereka. Percakapan diakhiri dengan kalimat andalan Hilma untuk Ayyas.

"Ke mana-mana ngga masalah, insyaaAllah. Yang penting Ayyas ingat terus; Jaga Allah, Allah akan jaga Ayyas. Oke?" ucap Hilma dengan acungan jempolnya.

"Oke."

Ayyas berkata sembari mengerlingkan sebelah matanya. Persis tampan seperti jika Fajar melakukannya pada Hilma. Hanya bedanya, saat Fajar yang melakukannya maka wajah Hilma menghangat. Tapi ketika Ayyas yang melakukannya, hati Hilma yang menghangat.

Maka nikmatNya yang mana yang kan kaudustakan?

[]

Hilma lagi hamil ya, ini Ayyas usia 9 tahun. Hmmmm 😖😖😖 kutak sanggup.........

[✓] [ SHALIH SQUAD Jr ] Our LivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang