186. Allah Ngga Pernah Curang

765 126 17
                                    

Serial SHALIH SQUAD Jr. - 186. Allah Ngga Pernah Curang

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2020, 7 Juni

Note : Kalau ada typo, mohon diinfo ^^

-::-

Azan Isya terdengar menyapa telinga Ibu Hilma usai menyuap nasi terakhir ke mulut putra semata wayangnya yang berusia enam tahun. Ayyas menerima segelas air dari tangan ibunya sementara mulutnya yang penuh, bergoyang pelan.

"Udah azan tuh," kata Ibu Hilma sembari memungut beberapa butir nasi yang terjatuh selagi suapan-suapan tadi mengantarkan nasi menjadi santapan putranya.

"Abi mana, Ibu?" tanya Ayyas. Biasanya Abi Fajar sudah pulang sebelum Magrib, tapi hari ini kenapa belum juga kelihatan?

"Abi tadi bilang, izin pulang telat," jawab Ibu Hilma. "Ada urusan sama temennya."

"Kok Ayyas ngga diajak?"

Ibu Hilma tertawa. "Mungkin karena urusannya sore begini, makanya ngga ajak Ayyas. Kalau pagi kan biasanya ajak sekalian ya?"

Ayyas memberengut. "Ayyas mau shalat di rumah aja. Sama Ibu, ya?"

"Aa Ayyas kan biasanya shalat di masjid? Ngga apa-apa atuh ya, ke masjid sendirian?" tanya Ibu Hilma. "Mau Ibu anterin ke masjidnya?"

Ayyas lekas menggeleng kuat-kuat. "Ayyas mau shalat di rumah... Sama Ibu..."

Mendengarnya, Ibu Hilma mengurungkan keinginannya untuk meletakkan piring kotor ke kitchen sink.

"Tapi Ibu lagi ngga shalat. Lagi libur," ucap Ibu Hilma. "Jadi ngga bisa shalat bareng Ayyas. Maaf ya?"

Ayyas terlihat kecewa. "Kok Ibu ngga shalat? Dosa kan?"

Ibu Hilma terkekeh. "Ngga. Justru Ibu dapet pahala dong, sayangnya Ibu... Karena Allah yang bilang biar Ibu ngga shalat. Namanya lagi haid dan cuma perempuan yang dapet haid. Libur deh shalatnya. Ibu insyaaAllah dapet pahala kalau ngga shalat. Kalau Ayyas ngga shalat, dapet dosa. Karena kan Aa Ayyas ngga libur shalatnya?"

Wajah mungil Ayyas makin terlihat lucu ketika dia memberengut. "Curang! Enak banget jadi perempuan. Ngga shalat, ngga dosa!"

Tawa Ibu Hilma terdengar lagi menanggapi kekesalan putranya. Bisa dimaklumi, karena biasanya Abi Fajar yang ajak Ayyas shalat di masjid di waktu Subuh , Magrib dan Isya. Untuk shalat Zuhur dan Asar, Ayyas boleh kerjakan di rumah. Hari-hari sebelum hari ini juga, ketika Abi Fajar belum ada di rumah di waktu Magrib atau Isya, Ayyas akan shalat di rumah bersama sang ibu. Makanya hari ini dia menolak ke masjid dan pilih shalat bersama ibunya.

"Ayyas sayangnya Ibu, dengerin Ibu ya..." Hilma merapikan rambutnya, membaca basmalah dan doa Nabi Musa; Rabbisy rahlii shadrii wa yassirlii amrii wahlul 'uqdatan min lisaani yafqahu qawlii, sebelum berkata, "Allah ciptain perempuan dan laki-laki dengan banyak hal beda, karena kodratnya memang beda. Ibu, sebagai perempuan ada melahirkan, menyusui, jadi ada yang namanya haid juga. Libur shalat itu ngga enak-enak banget kok. Bisa jadi lupa kalau ngga kuat-kuat minta ke Allah biar dirajinin ibadahnya. Kalau Ayyas kan shalat mah jalan terus ya? Jadi ngga ada gangguannya. Nah, kalau ibu, ada. Tapi gangguannya diganjar pahala sama Allah..."

Lantunan iqomah terdengar di luar sana. Tapi Ibu Hilma tidak memaksa bocah kecilnya untuk bergegas ke masjid, sebab selain usia enam tahun tidak diwajibkan untuk itu, Ibu Hilma ingin anaknya menyikapi perbedaan yang ada bukan untuk melihat bahwa Allah curang atau tidak adil dalam menetapkan sesuatu. Di usia yang penting untuk tumbuh kembang tubuhnya, ada yang lebih penting lagi untuk ditumbuhkembangkan, yaitu hatinya. Agar memahami bahwa Allah Maha Baik, tidak pernah aniaya.

"Allah ngga pernah curang kok," kata Ibu Hilma lagi. "Semua ada kebaikannya. Kan Ayyas taat, Ibu taat, Abi taat, biar Allah kasih kita rahmat terus berkumpul deh di Surga-nya Allah. Ayyas mau ngga ketemu lagi sama Ibu sama Abi di Surga?"

Ayyas mulai bimbang dengan keteguhan rasa kesalnya. Mendengar iming-iming Surga, dia selalu tergoda.

"Tapi Ayyas mau shalat sama Ibu..." rajuk si kecil.

"Nanti insyaaAllah shalat sama Ibu lagi kalau Ibu udah ngga libur ya?"

Ayyas tak menyahut. Hanya manyun dengan wajah super kesal.

"Eh, gini, gini... Sayangnya Ibu dengerin lagi, coba... Shalat itu kan buat menghadap ke Allah ya," kata Ibu Hilma. "Mukanya ngga baik ditekuk kayak begitu. Ayyas mau ngga, ada orang yang dateng ke Ayyas tapi mukanya ditekuk? Kesel kan?"

Ayyas masih dalam diamnya. Membuat Ibu Hilma menghela napas lagi.

"Hmmm, ya udah. Jadi Ayyas ngga mau shalat kalau Ibu ngga shalat?" tanya Ibu Hilma. "Nanti ngga dapet pahala, gimana? Ibu ngga shalat, insyaaAllah kan dapet pahala. Ayyas ngga shalat, ngga dapet pahala. Sedih ngga kalau ngga dapet pahala?"

Level kesal Ayyas kembali meningkat. Air matanya menitik. Anak Ibu mah gitu. Hatinya lembut.

"Tapi mau sama Ibu..."

Ibu Hilma mengusak rambut Ayyas, seraya berkata tanpa suara: Laa hawla wa laa quwwata illa billaah.

"Iya, insyaaAllah kalau Ibu udah ngga libur lagi shalatnya, Ayyas shalat sama Ibu lagi ya? Ngga apa-apa kan sekarang shalat sendiri? Di masjid udah mulai dari tadi shalatnya. Ayyas di rumah aja ya shalat sendiri?"

Akhirnya, anggukan Ayyas terlihat. "Tapi wudhunya temenin. Ibu ngga boleh wudhu juga ya?"

"Boleh kok kalau wudhu," sahut Ibu Hilma dengan wajah senang melihat putranya memasang wajah ceria.

"Nanti Ayyas doain Ibu ya, biar Ibu cepet udahan libur shalatnya," kata Ayyas sembari memeluk sang ibu.

"Iya dong, Ayyas doain Ibu terus kan? Anak shalih... Jazakallah khayran, terima kasih Ayyas sudah terus doain Ibu..."

Cengiran Ayyas melebar. Bocah itu lekas bangkit dari duduknya dan berjalan dengan langkah panjang-panjang menuju kamar mandi. Ibu Hilma memerhatikan punggung Ayyas dengan senyum penuh syukur. Kendati dia paham di hari-hari ke depan, dia akan menghadapi banyak sekali keluh-kesah atau pertanyaan dari amanah dari Allah yang selalu dia sebut dalam doa tersebut, tapi Ibu Hilma yakin, semuanya akan mudah dengan pertolongan Allah.

Rabbisy rahlii shadrii wa yassirlii amrii wahlul 'uqdatan min lisaani yafqahu qawlii.

"Alhamdulillaah, makasih ya Allah, udah kasih paham Ayyas," ucap Ibu Hilma sebelum menyusul putranya dengan piring kotor dalam genggaman tangan kanannya.

Sebab menumbuhkan kecintaan akan Allah dan segala perintah plus laranganNya, tidak bisa digapai dalam waktu sehari atau dua hari. Dan dari usia kanak-kanak adalah waktu terbaik untuk itu.

[]

[✓] [ SHALIH SQUAD Jr ] Our LivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang