Serial SHALIH SQUAD Jr. - 167. Gamitan
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2019, 9 Juni
-::-
Ini Lebaran hari ke 5 ketika Ibu Hanun dan Bapak Kahfi bertandang ke rumah Bapak Shiddiq dan Ibu Nurul. Sebagai murid Bapak Shiddiq untuk bacaan dan hafalan, keduanya memang beradab baik, yakni berkunjung dalam momen silatur-arham ini dengan membawa serta empat orang anaknya yang masih kecil; Hamzah 9 tahun, Jafar 7 tahun, Hanifa 6 tahun, dan Hafiza 4 tahun.
TAK!
Satu kelereng menubruk kelereng lainnya yang berdiam di tengah.
"Yes! Joah!" pekik Jafar. Hafiza, yang melihat kehebatan kakaknya, bertepuk tangan. Hanifa juga. Wajah mereka terlihat ceria.
"Wuuu, jauh banget!" ledek Hamzah ketika Zaid menyentil kelerengnya melewati sasaran.
Kali ini berganti Hamzah. Zaid cuma cengengesan pas lihat Hamzah juga nyentilnya offside.
"Santai. Jagoan menangnya belakangan!" kata Hamzah cepat.
"Minggir, minggir..." ucap Jafar lagi.
"Uni..." bisikan Hafiza terdengar di telinga Hanifa. "Unifa, mau pipis..."
Maksudnya, Hafiza mau pipis.
"Mas Hamzah, Fija mau pipis..." Hanifa langsung lapor ke kepala suku.
"Ya sana ke toilet!" kata Hamzah, mengibaskan tangannya.
"Jaid, boleh ke toilet?" Tanya Hanifa.
Mendengarnya, Zaid menoleh lalu mengangguk. "Sana gih, ke dalem. Tahu kan tempatnya?"
"Anterin..." kata Hanifa lagi.
"Uni, cepetan..."
Haduh, bocah 4 tahun yang sedang toilet training ini memang merepotkan...
Zaid langsung bangkit dari jongkoknya, memandu dua gadis cilik itu ke dalam. Melewati ayah ibu mereka yang bercengkrama.
Hafiza langsung masuk dengan ambang pintu dijaga Hanifa. Zaid menjauh dan menunggu di depan kulkas.
"Han, mau susu lagi ngga? Ibu beli banyak."
Zaid membuka pintu kulkas, mengeluarkan satu botol susu stroberi. Menyodorkannya untuk Hanifa.
Tapi gadis mungil itu menggeleng.
"Yah," Zaid terlihat kecewa. "Nanti kalau mau, ambil aja di kulkas ya?"
Hanifa malah lekas menggeleng. "Kata Umma, ngga boleh buka kulkas di rumah orang, Jaid..."
Zaid langsung diam. "Masa? Tapi aku kalau ke rumah kamu, sering disuruh Jafar ambil minum di kulkas?"
Hanifa cuma angkat bahu.
Mendapat respons demikian, Zaid langsung melesat ke depan. Hanifa juga memilih sibuk mengurus Hafiza yang sepertinya sudah selesai.
"Ibuuk... Hanifa boleh ambil Susu di kulkas kalau dia mau kan?" tanya Zaid, pemuda cilik berusia 6 tahun.
Lalu begitu mendapat jawaban sang ibu, Zaid kembali ke belakang.
"Boleh, Han! Kata Ibuk, anggep aja rumah sendiri! Gitu!" ucapnya berapi-api.
"Apaan sih, Uni?"
"Susu stroberi, Fiza mau?" Zaid membuka kulkas lagi, mengeluarkan sebotol susu stroberi.
"Wah, mauuu..." Hafiza menerima susu tersebut dari tangan Zaid.
"Nih, Han..." Sebotol susu kembali terulur ke hadapan Hanifa.
Kali ini, diterima.
"Makasih ya, Jaid," kata Hanifa. Tawanya tercetak, menampilkan gigi kelincinya yang lucu.
"Oke. Ke depan lagi yok?"
Zaid menggamit pergelangan kanan Hanifa agar mengikuti langkah kakinya menuju depan rumah. Sementara Hafiza memegangi tangan kiri Hanifa sembari membantu membawakan botol susu milik Uni-nya.
"Mas Japal sama Mas Hamjah pasti mau susu juga..." komentar Hafiza menghentikan langkah mereka.
"Oh iya!" Zaid menepuk keningnya. "Bentar, diambilin dulu."
Gamitan Zaid atas Hanifa terlepas. Zaid berlari ke kulkas untuk mengambil beberapa botol susu lagi. Sedangkan Hanifa dan Hafiza melanjutkan langkah mereka ke teras depan rumahnya Zaid.
Iya, waktu itu gamitan tangan terlepas dan tidak ada tangisan. Karena saat itu, tak ada seorang pun yang merasa seseorang adalah Dunia-nya.
Jadi, bagaimana usaha-usaha Zaid agar gamitan itu bersambung kembali, padahal si pemilik tangan jelas-jelas telah melarangnya?
Ah, Dunia.
Sungguh Goda yang Tega.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] [ SHALIH SQUAD Jr ] Our Lives
EspiritualSeason One Apa aja sih yang terjadi di masa-masa SMP dan SMU yang menyenangkan?