80. Wangsa Rajasa

2.6K 245 292
                                    

Serial SHALIH SQUAD Jr. – 80. Wangsa Rajasa

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 25 Februari

-::-

Begitu pesanannya sudah siap, Hanifa membawa jus stroberi itu ke arah meja di mana teman-temannya sudah duduk lebih dulu. Dua orang perempuan yang tadi bersamanya ke kantin, duduk berdampingan, sementara Hanifa menempati satu tempat duduk kosong di hadapan mereka. Kedua temannya menyantap ketoprak dan Hanifa menyantap bekal makan yang dia bawa hari ini.

"Coba lo tanya, Dew," satu temannya menyikut temannya yang lain.

"Ogah ah, Lin, elu aja sana," tolak yang kena sikut barusan.

"Kalian kenapa sih?" tanya Hanifa, melihat dua temannya bergantian. Diletakkannya jus stroberi yang sudah ia seruput sedikit.

Baik Dewi dan Linda, keduanya mengatupkan rahang.

"Heung, cuma mau nanya ajah," kata Dewi, "Bilal udah punya cewek belum? Gemes banget tahu ngga sih, ngeliat dia tadi? Dia kalau ngga salah, sepupuan kan sama lo?"

"Bilal? Iya, sepupu," jawab Hanifa.

"Udah punya cewek?" cecar Dewi.

Hanifa menggeleng. Dewi nyaris bersorak dibuatnya.

"Kalau abang lo?" kejar Linda.

"Mas Jafar? Atau Mas Hamzah?" tanya Hanifa.

"Yang mana ajalah, gue sikat yang single!"

Hanifa tertawa mendengar penjelasan Linda. "Dua-duanya single, setahuku," sahutnya.

"Haduh, gemes kalau lihat Mas Hamzah," Dewi menimpali.

"Tapi percuma ngegebet mereka," kata Hanifa. "Mereka ngga mau pacaran."

"Halah," Dewi berkomentar. "Tahun begini ngga mau pacaran. Beloman aja gue pepet," ucap Linda.

"Astaghfirullaah," Hanifa istighfar. Kadang suka heran dengan pemikiran teman-temannya untuk berpacaran. Alasannya biar ada yang antar jemput.

Lah, bukannya sekarang udah banyak ojek online?

"Biasa aja kali, Fa, ngga usah nyebut juga," tandas Dewi, agaknya membela Linda.

Hanifa tidak merespons dengan kata-kata, melainkan hanya menggelengkan kepala dengan penuh keheranan. Ya orang istighfar masa ngga boleh. Dan dia baru akan menyeruput kembali jus stroberi, ketika satu tangan mengambil minumannya serta mengisi lahan kosong di samping tempat Hanifa duduk sekarang.

"Hai, Nona Cantik," sapa satu pemuda berwajah tampan dengan rahang tegas dan senyum menawan. Senyumannya yang kerap serupa dengan seringai, terarah pada dua perempuan di depannya; Dewi dan Linda, yang spontan kehilangan asupan oksigen begitu mendapati pemuda yang terkenal dengan ketampanan dan tubuh tinggi yang luar biasa ini, menyapa mereka.

Wangsa Rajasa, cowok yang dinobatkan sebagai pebasket terbaik di sekolah mereka pada tahun lalu sampai tahun ini, duduk di kelas tiga, satu tingkat di atas ketiga perempuan yang tiba-tiba mengheningkan cipta. Sebagai kakak kelas, Wangsa cukup terkenal.

Jadi meski dia bandel, penampilan urakan, kemeja seragam sering berantakan, tapi tentu saja, Wangsa adalah atlet basket sekolah, tampan, kaya, dan sedikit bad boy. Who won't know him anyway?

Linda dan Dewi memerhatikan dengan saksama ketika Wangsa menyeruput jus stroberi Hanifa sampai habis lebih dari setengah gelas. Hanifa sendiri memilih berdiam daripada marah-marah jusnya diminum tanpa izin. Baginya, harga jus tidak seberapa daripada meladeni cowok bandel ini.

"Minggu ini nonton tanding basket gue kan?" tanya Wangsa, menghadap pada Hanifa. Satu sudut bibirnya tertarik ke atas mendapati Hanifa menggeser duduknya hingga ke ujung.

"Iya dong, pasti," jawab Linda, mantap.

"Lo?" tanya Wangsa, pada Hanifa. Digesernya duduknya agar mendekat pada gadis manis ini.

Tidak menyahut, dengan sigap Hanifa merapikan kotak makannya, tapi tangan Wangsa mencegah. Kotak makan itu bergeser ke hadapan Wangsa. Demikian juga sendoknya, berpindah ke genggaman tangan cowok cakep tersebut dalam hitungan detik. Dan Wangsa tanpa segan sama sekali, menyantap makanan milik Hanifa. Padahal Linda dan Dewi pasti dengan senang hati menyerahkan makanan mereka untuk si Ganteng.

Hanifa menoleh, hendak mengeluarkan protesnya pada Wangsa. Tapi urung, sebab dilihatnya Wangsa dengan mulut penuh berisi makanan, mengukir senyum simpul dengan alis kanan naik. Mereka bertatapan selama beberapa detik.

Hingga akhirnya Hanifa memilih untuk mengatupkan rahangnya, dan beranjak dari sana.

Ini bukan kali pertama Wangsa mendekatinya. Sudah sejak beberapa hari yang lalu. Wangsa bahkan pernah menawarinya untuk pulang bersama, tapi Hanifa menolak dengan alasan dia punya Jafar untuk pulang bersama. Dan Dewi serta Linda mencecar Hanifa dengan berbagai pertanyaan begitu mengetahui cowok keren macam Wangsa mengajak Hanifa untuk pulang bareng.

Diajak pulang bareng oleh cowok sekeren Wangsa, bagi Linda dan Dewi, itu prestasi dan kebanggaan. Tapi bagi Hanifa, itu hinaan.

Sedangkan dia selalu menolak dengan halus jika Umar atau Zaid mengajaknya pulang bersama seperti tadi, padahal mereka kenal baik dan tentu aman pulang bersama sahabat-sahabat Jafar itu ketimbang naik angkot. Tapi Hanifa berpikir itu akan merepotkan.

Apalagi jika Wangsa yang menawari.

Hanifa bukan hanya merasa dirinya akan merepotkan, tapi juga merasa dirinya terhina. Hampir semua orang tahu, Wangsa punya reputasi buruk di kalangan teman-teman sekolahnya. Jafar pernah bilang suatu kali, ketika Wangsa melintas di dekat mereka dan memerhatikan Hanifa beberapa detik, bahwa Wangsa ini playboy karena sudah banyak sekali teman perempuan yang diajak jalan. Bahkan sejak mereka di tahun pertama di SMU ini.

Jika ada orang yang harus dijauhi, ya si Wangsa Rajasa ini.

Hanifa menuju penjual jus dan memesan jus stroberi lagi, sekadar untuk menenangkan pikirannya atas apa yang dia alami barusan. Baginya, ini mimpi buruk. Terlebih siang ini dia harus pulang sendiri.

Sepintas Hanifa berpikir untuk menerima tawaran Umar atau Zaid perihal diantar pulang. Tapi lagi-lagi dia tidak mau merepotkan. Atau mungkin dia akan menggunakan jasa ojek online saja. Atau menelepon Hamzah untuk minta jemput.

Entahlah.

Sementara di tempat duduk tadi, Wangsa memerhatikan ke mana gadis berkhimar putih itu melangkah. Tatapannya tak berkedip sekali pun. Senyumnya terukir kembali, sebelum akhirnya beranjak dan meninggalkan tempat tersebut.

Linda buru-buru meraih jus stroberi yang masih tersisa di atas meja dan menyelipkan sedotan yang tadi digunakan Wangsa, lantas bergegas menyeruputnya kuat-kuat. Tak mempedulikan Dewi yang memekik di sampingnya.

"IH! KOK DIABISIN?!" 

[][][]

*hidih jorog bat! eh ini Wangsa neh HEHEHEHEHEHEEE

*jangan naksir ini punya author! XD

*jangan naksir ini punya author! XD

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] [ SHALIH SQUAD Jr ] Our LivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang