81. Al Hilm

1.7K 295 93
                                    

Serial SHALIH SQUAD Jr. – 81. Al Hilm

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 1 Maret

Note : Ada hubungannya dengan HAMASSAAD Itsar; 1. Al Hilm

Enak read that chapter first before reading this one kayaknya sih heuheu

-::-

Mengenai kemuliaan al-hilm dan al-‘anah, mari kita ingat sejenak ketika Rasulullah shallaLlahualaihi wa sallam bersabda kepada Asyajj Abdul Qais:

إن فيك خصلتين يحبهما الله: الحلم والأناة

“Sesungguhnya di dalam dirimu terdapat dua perangai yang dicintai oleh Allah, yaitu al-hilm dan al-anah (kehati-hatian).”

[ HR Muslim ]

Jam tangannya menunjukkan pukul setengah tiga siang. Masih ada cukup waktu untuknya istirahat sebelum shalat Asar berjamaah di masjid.

Uwais berjalan gontai menuju rumahnya, berpikir untuk memberikan sejuta alasan pada sang ibu yang membukakan pintu rumah untuknya nanti.

Ibunya pasti akan mencecarnya sampai dia menjawab apa sebabnya ada luka di bibirnya dan kantung seragamnya sobek seperti sekarang.

Tapi setidaknya, Ibu masih menerima alasan. Daripada ketahuan Ayah, urusan bisa runyam, pikir Uwais.

Sekuat tenaga, pemuda berusia tujuh belas tahun itu menepis ketakutan yang membayangi.

Tadi, di sekolah, dia sempat berkelahi dengan teman sekelas Zaid dan Ali. Gara-garanya skip challenge. Teman-teman Ali yang lumayan bengal, memaksa Ali untuk ikut merasakan sensasi yang ditimbulkan oleh permainan skip challenge tersebut. Sebagai siswa yang kerap kena bully di sekolah, tentu Ali tidak berdaya menghadapi kawan-kawannya. Maka jadilah Uwais, Umar, Khalid, Jafar, Bilal, dan juga Zaid yang turun tangan untuk membantu Ali dari kekonyolan yang dibuat oleh Egi dan gank bengalnya.

Haduh, padahal bapaknya Ali jagoan tuh dulunya pas sekolah -_-

Tiba di depan pintu rumahnya, Uwais mengangguk. Sudah mendapatkan alasan yang mumpuni untuk ia serahkan pada sang ibu.

Tangannya mengetuk pintu, lisannya mengucap salam.

Dia akan beralasan pada ibunya bahwa---

"Wa'alaykumussalaam," sahut seseorang di balik pintu.

"Ayah?"

.

.

.

Uwais mengerjap. Tak percaya penglihatannya sekarang.

Bukankah ini hari kerja? Dan sekarang jam kerja? Kenapa ayahnya sudah ada di rumah?

"Uwais?" Saad, ayah dari Uwais, merespons dengan canda. Seolah mereka tidak bertemu puluhan tahun.

Harusnya Uwais tertawa. Tapi yang kini dia lakukan adalah bergegas merundukkan kepalanya.

"Kunaon atuh? Kayak lihat demit..." tanya ayahnya.

"Ah, ngga, Ayah," kata Uwais, berusaha kalem. Padahal jantungnya berdebar kencang.

[✓] [ SHALIH SQUAD Jr ] Our LivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang