189. Bangun Sahur

666 105 13
                                    

Serial SHALIH SQUAD Jr. – 189. Bangun Sahur

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2020, 15 Juni

Note : Kalau ada typo, mohon diinfo ^^

-::-

Bocah lelaki berusia tujuh tahun itu berjalan dengan mata terkatup menuju meja makan. Ini hari ke tiga sahur di bulan Ramadan, bulan di mana Jafar sudah belajar berpuasa seharian penuh.

"Mas Jafar..." suara Umma terdengar, tapi Jafar tidak terusik. Dia tetap memejamkan mata.

"Heh, malah tidur!" senggol Hamzah dengan sikunya.

Hamzah, yang sudah terbiasa berpuasa seharian sejak dua tahun lalu, agak-agaknya lupa bagaimana berjuangnya menjalani puasa seharian tuh.

"Mas Jafar, Umma bikin pepes tahu loh," kata Umma lagi. Pepes tahu memang kesukaan putranya yang satu itu.

Appa yang baru selesai tilawah, ikut bergabung dengan yang lain. Hanifa yang berusia enam tahun berada di gendongannya sebab bertemu dengan sang ayah tepat ketika Hanifa membuka pintu kamar, meninggalkan Hafiza, adiknya yang berusia empat tahun terlelap di kamar mereka. Lalu membantu sang istri, Appa menuang susu ke gelas-gelas minum.

"Wah, Hanifa udah bangun, anak shaliha," Umma yang sedang hamil besar mendaratkan kecupannya pada Hanifa yang masih berada dalam gendongan sang ayah. Hanifa lantas turun dan bilang bahwa dia mau ikutan sahur. "Unifa nanti ikutan puasa kan?"

"Hanifa boleh buka Zuhur. Umma aja ngga puasa. Curang," kata Jafar kemudian. "Jafar kan haus, Umma..."

"Umma kan lagi hamil adeknya Mas Jafar nih," kata Umma sambil mengelus perutnya sendiri. "Atau Mas aja nih yang hamil?"

Mendengarnya, Hamzah si bocah sembilan tahun tertawa. "Hahaha, Umma ada-ada aja. Laki-laki kan ngga bisa hamil. Ya, Appa, ya?"

Appa ikutan tertawa. "Iya. Mana bisa. Hahaha..."

Jafar manyun.

"Mas, Hanifa boleh buka Zuhur, kan tahun lalu Mas juga gitu. Namanya belajar pelan-pelan," kata Umma, menyalin nasi ke piring-piring. "Nih, Umma masak pepes tahu loh, kesukaan Mas Jafar. Sama ayam goreng. Hm, enak..."

Jafar tidak peduli. Dia memilih mengatupkan kedua mata dan bertumpu dengan dagunya di atas meja.

"Mas temenin Appa dong, masa Appa sama hyung doang tuh yang puasa seharian?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas temenin Appa dong, masa Appa sama hyung doang tuh yang puasa seharian?"

"Aku juga mau puasa seharian, Appa!" kata Hanifa, menghadap ayahnya.

"Iya?" tanya Appa dengan senang.

Hanifa mengangguk. Appa berhamdalah dan berkata Hanifa hebat.

Jafar meliriknya dengan malas. "Halah, nanti azan juga minta makan!" komentarnya.

Tapi Hanifa tidak terpengaruh. Dia tetap fokus dengan makanan di hadapannya.

"Alhamdulillaah, anak Umma nanti puasa seharian ya? Mau hadiah apa nih kalau bisa puasa seharian?"

"Mau dicium Umma!" kata Hanifa, riang.

Hamzah nyengir. Dia sih sudah punya permintaan. Skateboard yang sudah lama dia pinta. Jafar sendiri minta dibelikan sepatu roda.

Mendengar jawaban Hanifa, Umma lekas menempelkan hidungnya ke pipi putrinya. "Nih, ciuman pertama dulu ya. Nanti Magrib insyaaAllah Umma kasih yang banyak! Yeeey!"

Hanifa mengangkat kedua tangannya ke atas. Sedangkan Jafar, yang tampaknya masih saja memejamkan mata, akhirnya tubuhnya diangkat oleh sang ayah untuk dibawa ke kamar mandi. Di sana, Jafar diminta berwudhu dengan sempurna, untuk mengusir kantuk yang menggelayut.

"Appa, Jumat depan kata Bu Guru, bawa sembako. Jafar palingan disuruh juga. Ya, Jaf?" kata Hamzah, sekembalinya sang ayah dan Jafar di kursi masing-masing. "Ada suratnya, tadi dikasih."

Jafar mengangguk, mengiyakan kata Hamzah hyung-nya.

"Oh iya, tadi dikasih tahu sama wali kelas juga di wasap, kalau ngga salah," ucap Umma.

Appa mengacungkan jempol. "Oke, nanti Umma yang siapin. Ya, Umma?"

Umma yang baru ikutan duduk untuk melahap menu makanannya, menganguk mengerti. "Oke oce, bos!"

"Sembako tuh apaan sih? Beras ya?" tanya Jafar. Mukanya basah, kedua matanya sudah terbuka dengan baik.

"Iya, sembako itu sembilan bahan pokok," sahut Appa. Di sisi kanannya, Hanifa duduk tenang melahap makanannya. "Bisa beras, bisa mi instan, terus minyak goreng, gula, banyak. Nanti Appa lihat surat edarannya ya."

Hamzah mengangguk sembari mengunyah makanan di mulutnya. Jafar masih mengacak-acak nasi yang sudah dicampur sayur bayam dan sepotong pepes tahu, menggunakan sendoknya.

"Jafar mau puasa setengah hari aja ya..." pinta si nomor dua.

"Eeeh, udah bisa puasa penuh, kok minta setengah?" Umma meletakkan sepotong paha ayam goreng di piring Jafar. "Itu Hanifa aja mau puasa seharian. Sayangnya Umma gimana deh?"

"Tapi Jafar nanti laper..."

Umma geleng-geleng kepala, teringat dua tahun lalu juga menemukan kejadian yang mirip nyaris persis, terjadi pada Hamzah juga.

"Cemen!" kata Hamzah, mulai tengil. "Makanya doa. Minta ke Allah biar dikuatin! Ya kan, Umma?"

"Betul!" kata Umma, senang. "Seratus buat Hamzah anak Umma!"

Appa tertawa. "Jadi ngga nih sepatu roda?"

"Jadiii, Appa. Masa ngga jadi?" sungut Jafar kemudian. Sesendok nasi tersuap ke dalam mulutnya.

"Nah, gitu dong. Nanti dikasih banyak pahala sama Allah. Siapa mau pahala?"

"AKU!" teriak Hanifa dengan kedua tangan ke atas lagi. Satu tangannya masih memegang sendok.

"Siapa yang mau disayang Allah?" tanya Appa lagi.

"Umma!" sahut Umma.

"Aku!" Hanifa bersuara kembali.

"Mas Hamzah sama Mas Jafar ngga mau nih? Waaah," kata Appa.

"MAU! MAU!" kata Hamzah cepat.

"Mau, Appa," kata Jafar, berusaha menyembulkan semangat dari dalam dirinya sendiri.

Yang lain tertawa. Kecuali Hamzah, dia cuma nyengir aja. Karena bayangan skateboard keren melintas di kepalanya.

[]

*cuma pengen bikin gegara nemu foto anak orang merem, lucuk banget >o<

*cuma pengen bikin gegara nemu foto anak orang merem, lucuk banget >o<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] [ SHALIH SQUAD Jr ] Our LivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang