Serial SHALIH SQUAD Jr. – 112. Bertemu Lagi
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2018, 16 Mei
-::-
Volkswagen Terramont milik Khalid berhenti di satu rumah besar di dalam satu kompleks perumahan. Bilal, sebagai pengemudi mobil tersebut, mengambil termos bergambar panda dengan nama Nafisa di sana. Diteguknya air rendaman kurma yang ada di dalam termos tersebut selagi Khalid menghubungi seseorang.
Sabtu siang ini, Bilal dan Khalid berkunjung ke rumah satu teman kelas mereka; Fauzi. Rencananya mereka akan mengerjakan sejumlah tugas kelompok yang dibebankan pada mereka. Khalid menjemput Bilal tadi, dan kemudi diambil alih oleh Bilal selama perjalanan dari rumahnya menuju rumah Fauzi.
"Katanya turun aja, Bil. Mobil biar di sini aja," Khalid melepas seatbelt-nya. Ini bukan kali pertama Khalid berkunjung ke rumah Fauzi. Dia pernah stay di sini sepulang sekolah sampai malam demi mengerjakan tugas sekolah.
Dan berhubung kali ini tugas kelompok, bertiga dengan Bilal, makanya Bilal juga ikut.
Gerbang tinggi yang menghalangi mereka untuk masuk, terbuka. Ada Fauzi yang melebarkan senyuman di sana.
"Lama yak? Sori, gue lagi di kamar tadi tuh," kata Fauzi, membuka gerbang lebih lebar. "Masuk, masuk."
Bilal dan Khalid masuk, mengekor langkah Fauzi yang mulai melangkah ke dalam rumah. Mereka melewati ruang tamu dan ruang tengah, lalu jalan terus menuju kamar Fauzi. Biasanya memang lebih asik mengerjakan tugas di kamar. Lebih private.
Kamar Fauzi terhitung besar juga, mirip-mirip dengan kamar Bilal dan Khalid. Ayahnya Fauzi termasuk Pejabat tinggi di pemerintahan, jadi hidupnya luar biasa berkecukupan.
Khalid maupun Bilal lekas duduk di atas karpet tebal dekat meja yang berisikan laptop dan deretan buku bacaan.
"Mau minum apaan nih?" tanya Fauzi.
"Apa aja, bro," jawab Khalid.
"Wah jangan gitu dong," kata Fauzi lagi.
"Teh manis aja boleh lah," sahut Bilal.
"Oke, air putih aja lah ya daripada ribet, haha!"
Fauzi berbalik, meninggalkan dua temannya yang tertawa. Khalid membuka tasnya dan mengeluarkan laptop putihnya dari sana. Sementara Bilal mengeluarkan ponsel dan buku catatan. Tak seberapa lama, Fauzi kembali dengan tangan kosong.
"Bentar ye minumannya lagi dibikin," ucapnya, lantas mengambil laptopnya di atas meja. "Eh, Lid, gue udah cari bahannya tuh. Dapet lima deh, nanti coba lo cek. Nih gue share aja ke laptop lo."
"Cocok ngga neh datanya?" tanya Khalid. "Gue nyari, ditolak tuh sama Bilal," dagu Khalid bergerak pada Bilal yang alis kanannya naik, "katanya ngga relevan."
"Ya ngga tahu," kata Fauzi. "Nih, Bil, lo cek dulu."
Laptop bergeser menjadi ke hadapan Bilal. Pemuda berusia tujuh belas tahun itu membungkuk dan menelusuri layar laptop. Menelaah data yang dimaksud oleh Fauzi.
"Bisa sih, tapi kurang," kata Bilal.
"Tuh kan," kata Khalid, menekuk kakinya dan menopang tubuh dengan dua tangan di belakang. "Coba searching lagi. Gue pusing ah!"
Tok tok tok!
Suara pintu kamar Fauzi diketuk membuat ketiganya menegakkan punggung dan menoleh ke arah pintu yang tertutup. Fauzi lekas bangkit dari duduknya dan membuka pintu.
"Ini bisaan banget bawa banyak begini. Sini, sini," kata Fauzi. "Cemilannya taro di meja aja, Ra."
Bilal dan Khalid mendongak, mendapati Fauzi membawa senampan berisi seteko air teh manis dan gelas plastik warna oranye. Lantas gadis berjilbab ungu di belakang Fauzi tampak tengah meletakkan sepiring penganan di atas meja. Fauzi merunduk, menaruh seteko air ke atas karpet di hadapan Khalid dan Bilal. Dua nama ini tersenyum lebar ketika gadis yang membawa penganan itu melempar senyum lebar pada mereka.
"Nanti kalau butuh apa-apa, chat aja, Zi, aku info ke Mbak Iin biar dibuatin," kata si gadis.
Fauzi mengacungkan jempolnya, "Rebes lah. Si Zizah ngapain dah? Tidur?"
"Iya," jawab gadis itu, tertawa. "Ya udah, aku keluar dulu ya. Assalamu'alaykum semuanya."
"Hawra," panggil Khalid pada si gadis berjilbab ungu.
Panggilan tadi tidak hanya membuat si gadis yang bernama Hawra menoleh, tapi juga Fauzi dan Bilal.
"Lah? Lo kenal Hawra, Lid?" tanya Fauzi, bingung.
Khalid nyengir. "Iya bener Hawra ya? Anaknya Ibu Wati?" tanyanya.
Hawra melirik Fauzi, wajahnya tak kalah bingung. "I-ya, betul. Afwan, siapa ya? Saya lupa."
Khalid mengangkat lima jari kanannya, "Khalid, anaknya Ibu Fatima sama Bapak Hamas," ucapnya. "Kita kan ketemu di Rumah Quran."
Dan kata; "Oh iya, Mas Khalid ya?" menjadi pemecah kebingungan.
"Jangan panggil Mas lah, kita kan seumuran," Khalid nyengir makin lebar. "Kok di sini? Saudaraan sama Fauzi?"
Hawra mengangguk, tapi Fauzi yang bersuara.
"Hawra sepupu gue, Lid," kata Fauzi, ikut duduk di dekat dua temannya. Sementara Hawra masih berdiri dekat meja. "Oh, kalian ketemu di rumah Quran. Lo yang punya ternyata?"
"Mas Khalid sama Fauzi temenan sekolah? Oh, iya, iya," Hawra paham. Wajar sih, pikirnya, Khalid dan Fauzi tidak jauh beda dalam segi kaya.
"Dibilang jangan pake Mas," protes Khalid.
Hawra tertawa kecil. "Oh iya, afwan. Hm, saya keluar dulu ya kalau gitu. Ngga enak ganggu belajarnya. Assalamu'alaykum."
Khalid mengangguk, "Oke, wa'alaykumussalam."
Bilal melirik Hawra dan Khalid bergantian. "Rumah Quran yang di mana, Lid?"
"Yang di Jakarta lah, masa yang di Bandung," kata Khalid. "Hawra-nya aja di sini."
Bilal ber-O pelan. Orangtuanya juga punya investasi akhirat berupa Rumah Quran, tapi di daerah Kebumen. Untuk lainnya, sepengetahuan Bilal, Ummi dan Abi-nya investasi akhirat ke beberapa pesantren tahfizh di Puncak, Bogor.
"Pantesan," kata Khalid. "Gue pas ketemu Hawra di Rumah Quran, kayak pernah denger namanya. Kan namanya rare banget. Ternyata lo yang sering sebut di telepon ya, bro. Dia sering ke rumah lo berarti?"
Fauzi mengiyakan. "Kalau Sabtu biasanya di sini dari pagi. Bantuin adek gue, si Azizah, belajar terus sore ngajarin Zee ngaji. Tinggalnya di Rumah Quran itu lah. Dunia kecil banget ya haha, ternyata punya lo."
"Haha, bukan punya gue, cuy, punya emak bapak gue. Kemarin pas aja lagi main, Hawra juga lagi di sana," kata Khalid.
"Hm," ucap Fauzi. "Ini kita mau ngerjain tugas apa bahas Hawra sampe Asar?"
"Bahas Hawra!" kata Bilal cepat, tangannya bertepuk, lantas tertawa-tawa. Dia diberi bonus cibiran dan tawa oleh Khalid.
"Berenang dah kalau kelebihan hormon mah," kata Fauzi lagi, tapi tertawa juga.
"Paan sih, Zifau, gue kan becanda," balas Bilal, kembali tertawa.
Laptop kembali menyala setelah terkena mode sleep beberapa saat lalu. Toples berisi keripik, tutupnya kini telah terbuka dan tangan Bilal mulai mencomot isinya. Khalid melirik ke arah pintu yang masih menutup.
"Eh, Hawra sekolah di mana deh? Kok ngga samaan sama kita sekolahnya?"
"Tuh kan, Zi, gue bilang juga apa, mending bahas Hawra aja..."
"Yeileh, Lid, berenang aja kuy lah, emang males juga sih gue ngerjain tugas, haha!"
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] [ SHALIH SQUAD Jr ] Our Lives
EspiritualSeason One Apa aja sih yang terjadi di masa-masa SMP dan SMU yang menyenangkan?