37. Khalid Bin Hamas

2.9K 369 45
                                    

Serial SHALIH SQUAD Jr. - 37. Khalid Bin Hamas

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2017, 20 April

-::-

Hamas menerima sesendok nasi ke atas piring makannya yang dituang Fatima barusan. Tangan kanan Hamas sudah terkena nasi dan lauk pauk sejak tadi tetapi rasa lapar masih saja menyerangnya. Jadi di porsi ke dua ini...

"Muka kamu kenapa, cakep?" tanya Hamas tiba-tiba. Tangan kirinya memegangi dagu Khalid yang berusia empat tahun.

Fatima, yang usai menyendok nasi masih harus disibukkan dengan Khansa yang berusia dua tahun, menoleh.

"Kenapa memangnya?" Fatima jadi penasaran. Seingatnya, wajah putranya baik-baik saja.

"Itu, ada bekas cakaran," kata Hamas, merujuk pada jejak panjang di dekat telinga kanan Khalid, hingga nyaris sebatas dagu.

"Kok ada bekas cakaran ya?" Fatima heran sendiri. Sebab saat memandikan Khalid sore tadi juga sekujur tubuh putranya baik-baik saja. "Ini kenapa, Nak?"

"Khalid berantem?" tanya Hamas seketika.

Dan Khalid mengangguk.

"Khalid berantem? Sama siapa? Kenapa?" tanya Fatima.

"Kamu ngga tahu dia berantem?" Hamas kali ini bertanya pada istrinya. Dilihatnya Fatima menggeleng.

"Tadi abis mandi sore, aku ajak Khalid dan Khansa ke Taman Komplek, A... Di sana dia main kok sama yang lain. Ngga berantem. Aku sambil suapin Khansa. Haikal memang nangis. Tapi katanya karena jat---" Fatima menatap Khalid, "---tuh..."

"Itu kok ada bekas cakaran gitu?" tanya Hamas. Fatima manyun.

"Coba tanya Khalid atuh, A..."

Hamas menghadap putranya lagi. "Khalid berantem sama siapa? Coba cerita ke Papa. Ya?"

"Syama Hikal..." jawab Khalid dengan lucunya. Hamas menoleh ke Fatima. Bermaksud bertanya apakah Fatima kenal dengan nama tersebut.

"Haikal, A," balas Fatima. "Setahu aku tadi memang main sama Haikal, Zaki, sama siapa ya, kalau ngga salah Tari namanya."

"Terus?" tanya Hamas pada putranya lagi.

"Kan aku lagi main syepedanya Jaki, telush Hikal bilang itu syepedanya. Kalna Hikal bohong, aku dolong aja deh," Khalid mulai bercerita. Wajahnya riang. "Hikal nangish. Telush cakal aku, Papa..." jelas Khalid dengan mimik seru.

Fatima dan Hamas saling pandang, lalu menatap Khalid lagi.

"Kok kamu dorong Haikal?" kata Fatima. "Ngga boleh gitu ya, Khalid. Sama teman ngga boleh kasar. Ngga baik..."

Khalid cemberut.

"Kan Hikal bohong! Kan ngga boleh bohong!" tukas Khalid, membela diri.

"Ya jelas kamu dicakar. Kamu bikin anak orang jatoh..." komentar Hamas, melanjutkan makannya.

Fatima melirik suaminya, kemudian menghela napas pendek.

"Habiskan makannya ya, Khalid..."

Fatima lanjut menggendong Khansa yang menangis, sambil sesekali menyuapkan makanan untuk Khalid, sebab Khalid sepertinya mulai enggan menyuap sendiri.

Begitu Khalid selesai makan, dengan menggendong Khansa, Fatima mengajak Khalid ke ruang tengah. Terpaksa meninggalkan Hamas yang masih menyelesaikan porsi makan malamnya.

"Khalid, sayang," kata Fatima ketika bicara berhadapan dengan putra sulungnya. Khansa diberikan kesibukan dengan sejumlah buku. "Lain kali kalau seperti tadi sore, kamu ngga boleh ya dorong-dorong teman kamu. Rasulullah Shallallaahu'Alayhi Wasallam kan ajarin kita untuk berakhlak baik ke sesama..."

"Iya, Mama..." kata Khalid pelan. Sibuk menggigit bibir bawahnya.

"Kalau Haikal, atau Zaki, atau siapa pun berbohong, berbuat buruk... Yang kita lakukan itu kasih tahu mereka, bahwa yang mereka lakukan salah. Bukan didorong, apalagi sampai menangis..." jelas Fatima lagi. "Kan kasihan Haikal sampai menangis. Dia pasti kaget dan sedih Khalid dorong-dorong begitu..."

Khalid mendongak. Rautnya berubah sedih. Teringat kejadian dia mendorong Haikal.

"Tapi, Ma..." Khalid berusaha mencari kata. "Telush Hikal benci aku ngga?"

"Bisa jadi, tapi bisa juga ngga. Mudah-mudahan Allah kasih Haikal hati yang pemaaf. Khalid juga ya. Nanti kalau ketemu Haikal, kamu minta maaf ya? Ngga dorong-dorong lagi. Ngga berantem lagi. Paham?"

Khalid nyengir, lalu mengangguk. "Iya, Mama..."

"Alhamdulillaah," kata Fatima dengan senyum melebar. "Sini, Mama peluk dulu. Shalawat ya, Nak..."

Hamas tiba di ruang tengah ketika Khalid memeluk erat Fatima sambil baca shalawat. Dengan sunggingan senyum, Hamas menghampiri Khansa yang sibuk dengan buku.

"Khansa baca apa?" sapa Hamas pada putrinya.

Khansa mendongak, menunjuk Khalid, "Aa, angis, Apa..."

Aa nangis, Papa...

"Aku ngga nangish," kilah Khalid serta merta.

Nyengir, Hamas mengacak rambut putranya.

"Sini, peluk Papa dulu," kata Hamas.

Alih-alih Khalid, justru Khansa yang beranjak dari duduknya. Disingkirkannya buku-buku bacaan bergambarnya itu, lalu memeluk Papa-nya dalam hitungan detik. Tepat ketika Khalid juga menghambur dalam pelukan Hamas.

Dan Hamas pura-pura nyaris terjungkal begitu diserang dua buah hatinya.

"Woooh, anak Papa sayang..." kata Hamas. Kedua tangannya berada di kepala kedua anaknya.

Sementara Fatima mendaratkan kecupannya pada punggung Khalid. Berharap putranya ini mengerti, bahwa ada banyak cara untuk menegakkan kebenaran.

Yang jelas, bukan dengan kekerasan.

Euhm, Ipat ndak pernah dapat kabar dari Saad ya, bengalnya Hamas kayak apa? SENGGOL-BAPER eh SENGGOL-BACOK nya Hamas tuh kayak apa? 😒😏

[✓] [ SHALIH SQUAD Jr ] Our LivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang