Serial SHALIH SQUAD Jr. – 97. Kehujanan
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2018, 12 April
- : : -
Hujan mulai turun ketika Zaid mencapai depan pagar rumah Bilal. Gerbang tinggi itu menghadangnya untuk masuk dan Zaid harus menemukan satpam rumah ini terlebih dahulu jika ingin masuk. Tapi sayangnya, satpamnya sedang tidak ada di pos. Zaid menempelkan tangannya berkali-kali ke kaca pos satpam dan tetap hasilnya nihil. Sementara hujan terus tercurah.
Zaid celingukan, mencari pepohonan untuknya berteduh. Dia mengeluarkan ponselnya sembari memastikan motor sang ayah yang ia pakai untuk mengantar pesanan somay orang-orang, aman di tempatnya parkir.
Halah, mana ngga punya pulsa, pikir Zaid. Astaghfirullaah, gimana dong ini oi?
Berpikir cepat, Zaid membuka aplikasi facebook-nya dengan tampilan gratis alias nol facebook. Dia mendapati status Hamzah menjadi tampilan utama dan terdistraksi untuk membaca komentar-komentar teman-temannya di status tersebut. Sampai kemudian Zaid mulai merasakan kembali air hujan menetes melalui celah daun dan mendarat di bagian pundak jaketnya.
Buru-buru dia me-mention Bilal dan Nafisa selaku penghuni rumah mewah yang pohon di bagian luar gerbangnya dijadikan Zaid tempat untuk berteduh.
Tak seberapa lama, bunyi gerbang dibuka terdengar. Seorang laki-laki berpakaian satpam muncul dari sana, mengenakan payung.
"Mas, masuk aja. Buruan, hujan," panggil pak satpam.
Zaid lekas memasukkan ponselnya ke saku jaket dan menghampiri motornya. Tetesan air hujan terpaksa membasahi sebagian tubuhnya sebab hujan memang deras sekali.
"Hujan-hujan gini masih nganter aja, Mas," kata si satpam.
"Ya hujan juga kudu hidup, Pak," kata Zaid, tertawa sambil mengibaskan jaketnya yang basah. Tangan kanannya menenteng bungkusan berisi somay pesanan Bilal.
Pintu utama rumah besar tersebut terbuka ketika Zaid sedang sibuk memandangi Mazda CX5 milik Bilal yang terparkir di bagian samping rumah, tepat di belakang BMW dan Mercedes yang juga diam di tempatnya.
Ini rumah apa showroom mobil...
"Mas Za kehujanan banget," komentar Nafisa.
"Assalamu'alaykum, Naf," ucap Zaid, melangkah mendekati Nafisa sembari menyurungkan bungkusan berisi somay. "Ini pesenannya. Ngga basah kok, dibungkus baik-baik."
"Oh, iya," kata Nafisa yang langsung menerimanya. "Masuk dulu, Mas. Aku bikinin teh anget dulu ya. Ayo, sini," ajak Nafisa.
Zaid ingin sekali menolak, tapi hujan masih deras. Kalau dia memaksa meneruskan kewajibannya untuk mengantar somay pesanan orang lainnya, itu artinya dia menembus hujan dengan risiko basah kuyup. Itu juga dia belum tentu bisa melihat jalanan karena jarak pandang pastinya pendek.
"Di dalem ada siapa, Naf?" tanya Zaid kemudian. Ngeri juga dia kalau ternyata Nafisa cuma sendirian di rumah.
"Ada Mas Bil kok. Ada Ummi, Benzema, sama Nadja," jawab Nafisa. "Kenapa, Mas?"
"Oh, iya," sahut Zaid kikuk. Dia sudah beberapa kali ke rumah ini, tapi kan baru ini hujan-hujanan. "Ngga usah deh, baju gue basah nih. Nanti lantainya kotor."
Nafisa tertawa. "Justru karena kebasahan makanya masuk aja. Masa di luar, dingin kan. Ayok, masuk. Bentar ya, aku ambilin handuk..."
Nafisa masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Zaid masuk juga. Sebab pemuda seusia Bilal itu akhirnya melangkahkan kaki memasuki ruang tamu yang besarnya melebihi rumah Zaid secara keseluruhan. Karena jaket dan celananya lumayan basah, yang dilakukan Zaid hanya berdiri di dekat sofa. Menghindari pijakan pada karpet yang ada di bawah di sekitaran sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] [ SHALIH SQUAD Jr ] Our Lives
SpiritualSeason One Apa aja sih yang terjadi di masa-masa SMP dan SMU yang menyenangkan?