Gapai, gapai, kulminasi yaum ini!
Suka dan duka, demi tujuan dan harapan
Miskin dan kaya, sama anugerah sama beban
Sakralitas katarsis kian mengonsolidasi asa'Nusia, pemberontak raja sangkala
Akan dimanipulasinya mimpi engkau
Sebagai berlaksa senjata makan tuan
Namun takkan dimilikinya kekuatan
Jika engkau tiada unjuk ketakutanMisil keraguan mengoyak dadamu
Tragisnya mendengar pijar lolongannya
Jatuh berdebum ke tanah yang ternodai
Lalu bangkit sebagai anasir yang lainTubuhmu selamat, kesadaran utuh
'Tapi dengan harga apa, yang perlu dibayar?
Netra hina terserak dari vas keluguan
Terdepak juga dari nirwana kesucianMengapa engkau menilik Ekspektasi?
Apakah sebab dibayangi Kegagalan?
Jangan kauanggap kekuatan menjelma mahainstan
Bahkan tiada persis prediksi dalam realitaT'lah berdebum roda kereta sangkala
Kemarin masih epigraf dalam epigraf
Segeralah menyongsong tirani yaumTiada usah takut jika kalah, 'Nusia
Khawatirlah jika engkau sama sekali
Tiada meraih suatu pelajaran darinya[Puisi Carpe Diem]
[Banyuwangi, 04/03/17]
KAMU SEDANG MEMBACA
Derai Hujan Pasti Berhenti
Poetry[Kumpulan Puisi dan Sajak] Derai Hujan Pasti Berhenti adalah buah pikiran dari refleksi, keyakinan, harapan, dan kontemplasi, bahwa tingkat kesusahan berbanding lurus dengan kemudahan. Atas dasar inilah, penulis mengangkat berbagai premis yang abstr...