Kataku-kataku adalah mukjizat penawar duka. Mau sampai kapanpun, aku akan berdiri mengangkangimu, yang berdiri menyelewengkan bilah-bilah pedang durjana. Kaulah yang dibesarkan dengan kesombongan, sedang aku tidak memiliki hak untuk menghakimi dan memenjarakan. Akan kusodorkan padamu hatiku yang terinjak-injak dan penuh darah; begitu pula akan kumuntahkan segala pujian dan impian yang telah kau lupakan.
Aku akan melebur menjadi seribu binatang jalang yang siap menerkammu, di manapun dan kapanpun kau berada di bumi. Aku sudah tidak takut padamu lagi. Aku sudah mati puluhan ribu kali. Akan kubantai para malaikat dan setan di atas dan di bawah sana, dan mereka akan menangis untukku jika perlu. Bakal kutelanjangi bumi dari selimut putihnya, sehingga filamen matahari melahap seisi dunia. Manusia bakal bermuram durja dengan bunga untuk kuburan mereka sendiri. Akan kupecahkan bulan dengan gigi gerahamku. Akan kuhisap energi matahari melalui jariku. Langit sudah bersiap menangis sejadi-jadinya untukku.
Janjiku pasti. Akan kukuliti sayapmu dengan gigitan laba-laba dan sengatan lebah. Punggungmu kubuka dengan gigi-gigi hiu. Kurogoh dan kukunyah jantung kecilmu, kubakar usus dan tulangmu. Akan kusilet lambungmu, kukeluarkan jeroanmu, kumasukkan lewat mulutmu, kukeluarkan lagi lewat lambung, lalu kumasukkan lagi dalam mulutmu. Kutarik dan kucabik-cabik urat lidahmu.
Sombongkah aku? Atau terlalu naifkah kau? Oh, tidak, kita sama-sama munafik tengik. Yang mencari dunia ideal dan tujuan utama dalam perspektif berbeda. Yang merasa paling benar dan memilih antara peran protagonis dan antagonis. Yang masih melihat dunia dalam lanskap hitam-putih. Kaupikir kau sudah berbicara banyak mengenai kematian? Kaupikir, mulutmu adalah sumber segala kebenaran? Kaukira, kau bisa menjadi teladan? Omong kosong, bolong melompong. Kita berdua sama-sama menjadi orang dewasa yang melindungi anak kecil dalam diri kita.
Hari Penghakiman sudah tiba. Habisi dan bungkam aku sekali lagi, sebab jika aku masuk ke dalam Jahanam, akan kuseret kau bersamaku.
--nozdormu, when love makes a man both blind and deaf.
[Banyuwangi, 13/08/17]
KAMU SEDANG MEMBACA
Derai Hujan Pasti Berhenti
Poetry[Kumpulan Puisi dan Sajak] Derai Hujan Pasti Berhenti adalah buah pikiran dari refleksi, keyakinan, harapan, dan kontemplasi, bahwa tingkat kesusahan berbanding lurus dengan kemudahan. Atas dasar inilah, penulis mengangkat berbagai premis yang abstr...