Dari lidah tak bertulang manusia, kata-kata mengangkasa
Kepada para pemuja dan pendurhaka Yang Tak Kasatmata
Dia lantas menatap lahan kosong pada Taman Eden-Nya
Lalu beralih ke wajah-wajah manusia dalam suka dan duka
Darinya ditumbuhkan tunas puisi pertama dari analekta frasa
Menjadikan perempuan yang menangis pertama kali di bentala
Menjelmakan laki-laki yang meratap terakhir kali di mayapadaTerselip sepenggal, kepala terpenggal, tubuh terpental
Satu kalimat, alazon mendamprat, epos renjana tamat
Siapa yang menjadikannya berkuasa dan berjasa?
Oh, lidahku mendudu--pusu sumbu mercu nirtumbu!
Bahana asa sia-sia menyisa balada purnaincaPuisi menangis, merintis pedih, meramu upaya
Daksanya telah diperkosa, dipaksa mereguk makna
Mindanya diperalat, aibnya disemat, lukanya kumat
Kata-kata kembali dibebaskan, kembali ke bentuk awal
Menyulut eksodus para penyair dari bentuk konvensional
Hingga sampai suatu konklusi: kata-kata tak lagi kekal
Kata-kata lagi-lagi dicekal; kata-kata tak lagi dikenal
Kata-kata lagi-lagi disumpal; kata-kata tak lagi kamalAndaikata engkau tahu, kata-kata adalah hewan anggara
Kecuali dirimu sendiri, kau tak memiliki kuasa atas siapa-siapa
Kata-kata laiknya tirta: selaksa gelombang pasang bagi minda
Cobalah menguasainya, dan kau 'kan tenggelam dalam samudra
Maka jadilah engkau bejananya, sebab kau bukanlah empunya
Bebaskanlah dirinya, maka ia akan mengantarmu ke dirgantara--Nozdormu, for all the wordsmiths out there.
[Banyuwangi, 17/09/17]
KAMU SEDANG MEMBACA
Derai Hujan Pasti Berhenti
Poetry[Kumpulan Puisi dan Sajak] Derai Hujan Pasti Berhenti adalah buah pikiran dari refleksi, keyakinan, harapan, dan kontemplasi, bahwa tingkat kesusahan berbanding lurus dengan kemudahan. Atas dasar inilah, penulis mengangkat berbagai premis yang abstr...