88| Ekspektasi

278 14 0
                                    

Sesendok gula manis memelintir berkas aroma rosella
Memorabilia minuman marun merona mencipta cerita
Tetesnya menyuapi suam pada ruam-ruam daksa
Sinestesia delima legit mengangkasa di kafetaria

Sedang di ujung ruang, sejumput bubuk arang berdikara
Aroma gurih menyentil papila dan serambi sensor hidung
Kekentalan karam dalam malam, bersama melodi kidung
Limusin pembawa serbuk empuk membawanya terlena

Persamaannya, mereka adalah residu di kakus
Perbedaannya, mereka menyangga harapan pupus
Bagai eliksir pelarut perasaan yang benar-benar tulus
Di mana eksis balairung afeksi yang mahakudus

Panggil aku Tuan Teh, maka kau adalah Puan Kopi
Panggil aku Tuan Kopi, maka kau adalah Puan Teh
Teh dan kopi tak pernah mengenal kita berdua
Mereka juga tak meminta dikawinkan dengan senja

Iluminasi metafora telah membutakan para pecinta
Untuk mencecap kebohongan yang amat manis
Dan meludah kebenaran yang terlampau pahit
Pada derai hujan, aroma kopi dan sketsa senja

Tak perlu basa-basi: pilihlah sesukamu!
Pada akhirnya, bagi kita, tidak akan ada
Yang namanya campuran antara kopi dan teh
Meski kita satu pesanan, meski kita satu meja
Kita tak pernah minum dalam satu gelas dan sedotan
Maka seperti itulah anganmu yang idealis
Tidak ada kaum papa yang sempurna
Dengan obsesi dan ekspektasi fiksimu

[Banyuwangi, 02/02/18]

Derai Hujan Pasti BerhentiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang