"Kita, awal dan akhir, tanpa batas. Kitalah manusia. Kita akan bangkit bersama menyambut pagi buta."
***
"Bilamana ego menyeruak, ingatkan aku dalam sujud dan renungku. Sebab mati bukan pilihan remeh dan hidup tak bisa dibawa melongo."
***
"Kawan, kita sudah berjuang sehormat-hormatnya, dan tak diterima di rumah, bagai gelandangan. Lantas, di mana lagi kita akan berpulang?"
***
Pertama kali saya menulis Derai Hujan di awal Maret 2016, saya sama sekali nggak menyangka bakal mendapat apresiasi dan kritik yang sebegitu banyaknya. Dan untuk itu, terima kasih banyak buat kalian semua! Komentar dan masukan kalian memotivasi saya untuk berbuat lebih dan mawas diri seiring berjalannya waktu.
Akhirnya, setelah nyaris dua tahun puasa menulis puisi Indonesia di dunia oranye, saya bisa balik lagi. Saya persembahkan untuk kalian sajak-sajak dan prosa pilihan yang saya kandung dalam pikiran selama proses vakum. Semoga bisa jadi obat sekaligus penyejuk hati di tengah kondisi negara kita saat ini.
With regards,
Antelas Prayitna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Derai Hujan Pasti Berhenti
Poetry[Kumpulan Puisi dan Sajak] Derai Hujan Pasti Berhenti adalah buah pikiran dari refleksi, keyakinan, harapan, dan kontemplasi, bahwa tingkat kesusahan berbanding lurus dengan kemudahan. Atas dasar inilah, penulis mengangkat berbagai premis yang abstr...