Meski parasku menawan, netraku tak lagi perawan
Di sini tulang-belulang terkubur di bawah pasir
Maka, masih maukah kaumimpikan aku di sana?Secuil replikamu kupagut erat di pangkal akanan
Kulayarkan sauh 'tuk mencarimu suatu hari nanti
Meski parasku menawan, netraku tak lagi perawanLarikan saja aku, daripada kutunggu empat musim
Dan membusuk bersama baskara musim dingin
Maka, masih maukah kaumimpikan aku di sana?Musafir nirnama, kuingat dalam kedalaman memori
Tak ada sisa gelas nira, pun sajak yang tak terlagukan
Meski parasku menawan, netraku tak lagi perawan'Tapi singa-singa datang menjalang di malam buta
Menjamah diri. Aku merinding dan kau menghilang
Maka, masih maukah kaumimpikan aku di sana?Masih, kembalimu adalah harapku tiap esok hari
Kunanti presensimu walau hanya sekali dan tak pasti
Meski parasku menawan, netraku tak lagi perawan
Maka, masih maukah kaumimpikan aku di sana?[Banyuwangi, 18/03/18]
KAMU SEDANG MEMBACA
Derai Hujan Pasti Berhenti
Poetry[Kumpulan Puisi dan Sajak] Derai Hujan Pasti Berhenti adalah buah pikiran dari refleksi, keyakinan, harapan, dan kontemplasi, bahwa tingkat kesusahan berbanding lurus dengan kemudahan. Atas dasar inilah, penulis mengangkat berbagai premis yang abstr...