60| Menikahi Tuhan

416 52 8
                                    

"Diriku, bisakah saya, menikahi Tuhan?"

"Tidak bisa, manusia edan."

"Kenapa, diriku?"

"Kau tak paham apa pun pasal itu."

"Ada apa, dan mengapa?"

"Sebenarnya, apa tujuanmu menikahi-Nya? Ketakutan, afeksi, atau hasrat untuk memanusiakan diri-Nya?"

"Karena saya cinta pada-Nya."

"Apa kau sekarang sadar bahwa cintamu kekanak-kanakan?"

"Tidak, diriku."

"Katakanlah, Dia Mahaesa, kuasa-Nya tak berbilang, tak beristri maupun diperistrikan. Segala tentangnya terselubung dalam kaca tebal mahaburam, jauh dari insan yang berkubang dalam lubang belang."

"Apa yang mesti saya lakukan sekarang, diriku? Perlukah saya menjelma batu yang tak tersentuh siapapun untuk meraihnya? Perawan selamanya?"

"Mungkin, manusia. Untuk bisa berdiri, beberapa orang perlu model dan pegangan untuk diikuti. Mereka mesti menyentuh-Nya di bumi dahulu."

"Dia memenangkan hati manusia jantan dan betina, diriku. Banyak yang mati demi diri-Nya. Apakah salah jika saya hendak merindukannya?"

"Dia bukan milikmu, 'tapi engkau adalah milik-Nya, manusia. Tak tergantikan siapapun. Dia membiarkan kejahatan dan kebaikan di mata manusia, 'tapi bukan berarti Dia acuh tak acuh kepadamu. Ingat siapa dirimu dan sisa waktumu."

[Banyuwangi, 06/05/17]

Derai Hujan Pasti BerhentiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang