Halo!
Dari mana saja kamu?
Sudahkah kamu cek berapa lapis mimpi
Yang kamu tumpuk bertahun-tahun lamanya
Dan kamu simpan baik-baik di dalam minda?
Sudahkah kamu meraba hati yang remuk di sana?
Gigi-gigimu menggelugut di bawah bayangan bilik
Dan siapakah wanita itu yang kau ajak berduaan?Tak perlu lagi topeng tebal, atau korset bermotif renda
Untuk menyelipkan motif sebenarnya di dalam minda
Rumah ini penuh gemerlap cahaya, dililit kapas dan sutra
Mengapa kau begitu takut untuk berjalan dalam gelap?[Hai, apakah kau Yudas
Yang menjual harga diriku
Dengan harga tiga puluh perak?
Kalau begitu mari kutunjukkan jalannya
Menuju pohon plum di depan rumah
Dan kuhadiahkan tali ini padamu][Antagonisasi, antagonisasi
Tiada maaf tiada salah
Lagi, suci? Oke, siap!
Sekali lagi, sekali lagi
Tanya, drama, karma
Selama ini kulayani
Mulut yang menjamah]Maukah kaulihat bentuk darahmu sendiri di Sungai Stiks?
Kita berdua akan menyelami palung dan mengenakan gaun di sana
Perbedaannya: milikku hitam kelam dan milikmu ungu menyala
Bersamaku semua ular sanca dan bersamamu sebaris serafimMaukah kutuangkan segelas emas panas dari brankas terdalammu
Di cangkir kopi? Makanan penutupnya: laba-laba atau kelabang
Maka jadikan diriku penggemar nomor satumu dari belakang
Dan ingatkan aku untuk menarikan waltz di atas makammuLidah bercabangku dulu bertakhta di atas netra semua
Sebelum kau menyeru semua malaikat dan para pendosa
Dan mencabik-cabik isi kepala. Nirminda, relevan, kaukatakan
Betapa buta, kautanya, sebelum janji menjalang tiap bulanKatamu pengecut kecutnya adalah diriku, peran antagonis pesimis
Yang kecolongan dari sang protagonis sinis di depan kehipokritan
Rinduku mendengar tawa dan senyum penutup kebohongan
Dan kemakmuran di tiap aksara yang kau taburi racun tikusJanjiku: menjadi mimpi buruk terbaikmu dan masuk nominasi
Sebagai aktor antagonis termanis yang semua pencinta benci
Yang bangkit dari kematian bersama selaksa siren tiap hari
Ditunggu? Mungkin. Darah mengalir pada telinga yang tuli.[Banyuwangi, 13/01/2018]
KAMU SEDANG MEMBACA
Derai Hujan Pasti Berhenti
Poetry[Kumpulan Puisi dan Sajak] Derai Hujan Pasti Berhenti adalah buah pikiran dari refleksi, keyakinan, harapan, dan kontemplasi, bahwa tingkat kesusahan berbanding lurus dengan kemudahan. Atas dasar inilah, penulis mengangkat berbagai premis yang abstr...