1

23.1K 817 11
                                    

Cia melepas seatbealt yang melekat di tubuhnya lalu mencium pipi kiri pria di sampingnya. "Duluan ya kak. Jangan lupa nanti jemput."

Arka mengacak rambut adik kesayangannya itu dengan gemas. "Iya. Hati-hati, belajar yang bener."

Cia berjalan menuju kelasnya, ia adalah seorang murid SMA yang ceria.

"Ciaaa. Gue minta drama baru dongg." Hera menggandeng tangan Cia yang masih kaget karena sahabatnya itu tiba-tiba sudah berada di sampingnya.

"Gila! Kaget gue tuh! Untung gue ga ada riwayat jantung."

Hera tertawa keras saat melihat Cia yang masih mengelus dadanya karena kaget.

"Udah ayo masuk. Besok bawain fd lo ya. Gamau tau."

"Iya bawel lu."

---------
Sepulang sekolah, Cia menunggu jemputan dengan Hera, tapi 5 menit kemudian Hera sudah dijemput dan Cia hanya menunggu sendirian.

Cia : Kakkk
Cia : Ma bro.....
Cia : Lama bat si :(
Cia : Laper ni gue
Cia : Gue pulang sendiri!
Cia : HATE U!

Cia menutup aplikasi chatnya dengan sebal, lalu memesan ojek online karena sudah 30 menit ia menunggu kakak yang katanya akan menjemputnya itu.

Setelah ia membayar ojeknya, Cia bergegas masuk ke rumah, ia sangat capek hari ini, ditambah kakaknya yang membuatnya kesal.

Cia menghentikan langkahnya saat melihat pemandangan di ruang tamu, kakaknya sedang bercumbu dengan seorang wanita yang duduk di pangkuanya, bibir mereka saling mengecap satu sama lain.

Cabe itu lagi.

Entah tidak sadar atau bagaimana, mereka melanjutkan aktivitasnya tanpa peduli pada Cia yang sudah terisak dan berlali menuju kamarnya. Ia menutup pintu kamarnya keras. Entah kenapa setiap melihat kakaknya yang sedang bercumbu dengan wanita di depan matanya, hati Cia terasa sakit.

Cia memandang foto kedua orang tuanya, berfikir mengapa mereka tega meninggalkan Cia dengan kakaknya yang sekarang berubah menjadi pria brengsek sejak kematian kedua orang tuanya.

"Mom, Dad. Adek kangen hiks, Mama sama Papa kenapa ninggalin adek sih. Kenapa hiks hiks."

Di tengah percumbuanya, Arka mendengar gebrakan pintu dari lantai dua, yang dia yakin adalah kamar adiknya. Ia segera melepas wanita di pangkuanya, mencium bibirnya lagi sekilas lalu meninggalkannya menuju kamar Cia.

Wanita itu merajuk tapi Arka tetap meninggalkannya.

Arka membuka kamar adiknya dengan hati-hati. Menyaksikan penampilan adiknya yang sudah sangat berantakan karena menangis.

"Apa lo?" Tanya Cia ketus sambil berusaha mengelap air matanya agar tidak kentara ia habis menangis.

Arka duduk di samping Cia yang duduk di kepala ranjang. Megelus kedua pipi adiknya dengan sayang.

"Kamu sama kakaknya kok ga sopan gitu sih."

Cia mendelik ke arah Arka tajam. Melepaskan tangan Arka di pipinya dengan kasar. "Risih ih. Cewek lo nungguin tuh. Ngapain kesini sih!"

Arka tersenyum melihat tingkah adiknya, kebiasaan saat Cia marah padanya adalah adiknya itu dapat menjadi garang dan kasar pada dirinya. Tapi entah kenapa dimata Arka hal itu terlihat sangat menggemaskan.

"Tadi pulang sama siapa?" Tangan Arka merapikan rambut Cia yang berantakan dan menutupi wajahnya.

"Bukan urusan lo!"

Arka mengelus dadanya, berusaha sabar menghadapi princess nya yang sedang dalam suasana hati yang buruk. Kalau bukan karena ia sadar tadi memang kesalahannya karena lupa menjemput Cia, mungkin ia akan berteriak marah.

Arka menggenggam kedua tangan Cia dan menciuminya. "Maafin kakak sayang. Adek minta apa biar kakak bisa dimaafin?"

Nah kan ga dijelasin kenapa ga bisa jemput. Dasar brengsek!

"Nantilah gue pikirin gue mau minta apa. Udah sono urusin cabe-cabean lo! Ngapain sih ikut-ikut kesini!" Cia menatap tajam wanita di depan pintu kamarnya yang terlihat kaget, mungkin karena Arka yang masih menciumi tangan Cia, padahal Cia adalah adiknya.

"Liat noh! Cewek lu nyamperin kesini! Udah sono keluar kamar!"

Arka menoleh ke arah pintu yang ditunjuk Cia, ia mencium kening Cia sayang lalu menghampiri wanita yang masih shock dengan perlakuan Arka pada adiknya.

"Itu adik kamu bener, Ka?" Tanya Sheila, ia bergelendot manja di lengan sang kekasih.

"Iya emang kenapa?"
Sheila melepaskan tautanya pada lengan Arka lalu duduk di sofa yang tadi menjadi tempat percumbuannya.

"Mesra banget ya kamu sama adik kamu, kayak pacaran gitu." Sheila terlihat cemberut dan memperlihatkan kecemburuan pada adik kekasihnya itu, dan ekspresi Sheila yang seperti itu membuatnya muak. Akan beda halnya dengan Cia, terlihat sangat menggemaskan dan lucu jika adiknya yang melakukannya.

Arka menghela nafasnya dan menatap Sheila tajam. "Terus kenapa? Lo cemburu sama adek gue sendiri? Lo pernah mikir ga sih gimana Cia yang sering banget kesepian karena gue tinggal buat ngurusin lu? Lo sadar ga sih Cia butuh perhatian lebih? Gue ga habis pikir ya sama lo! Udah mending lo pulang sana! Muak gue!"

Dengan takut-takut, Sheila mengambil tas disebelah Arka dan keluar dari rumah kekasihnya itu tanpa berpamitan.

Brother Conflict (sudah terbit ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang