81

2.8K 77 15
                                    

"Lo nggak mau nunggu Cia lulus kuliah aja?"

Sekarang, Arka dan Doni sedang duduk di depan televisi ruang keluarga, asyik bermain PES, dan Cia serta Hera, tadi keluar ke minimarket untuk membeli makanan ringan.

"Nggak, makin lama kita tinggal bareng, takutnya makin ada fitnah."

Doni melempar kuaci kepada Arka. "Apa kabar sama Sheila?" sindirnya.

"Masa lalu jangan lo ungkit lah, tobat nih gue."

"Nggak ngungkit gue mah, Cuma tanya."

"Heh ngecheat ya lo, cemen." Gerutu Arka yang merasa sebentar lagi akan kalah karena Doni terus-terusan mengalihkan perhatiannya dengan mengajaknya ngobrol.

"Lo aja yang goblok."

Sebuah bantal sofa mendarat sempurna di punggung Doni.

"Lo jadi calon pengantin jangan kasar-kasar dong, pamali."

"Kak, ada yang nyari adek." Kata Mbak Sari yang baru saja masuk ke dalam rumah.

Tanpa persetujuan Doni, Arka mem-pause game yang mereka mainkan.

"Siapa mbak?"

"Jangan pause sembarangan, elah." Sela Doni, kali ini Arka melemparnya dengan stick PES, untung nggak kena.

"Siapa, mbak?" ulang Arka.

"Nggak tahu, kak."

"Yaudah suruh duduk dulu mbak. Tunggu Cia pulang, paling sebentar lagi."

"Kenapa nggak lo aja yang nemuin dulu." Saran Doni.

"Ganti celana dulu, nggak sopan, siapa tahu kan camer yang dateng." Jawab Arka asal sambil melenggang menuju kamarnya, ia memang menggunakan celana kolor gemes yang panjangnya di atas paha.

"Ngomong apasih tuh anak."

"Alecia?" Cia baru saja keluar dari mobil Hera ketika seorang pria yang lebih terlihat sudah bapak-bapak itu, duduk di teras rumah dan menyapa Cia, padahal ia merasa tidak pernah mengenali laki-laki tersebut.

"Ya? Anda siapa?"

"Bantuin ambil-" Hera menghentikan ucapannya saat melihat Cia yang sedang mengobrol entah apa dengan seorang pria.

Ditengah kebingungan Cia, pria tersebut memeluk Cia tiba-tiba.

"Maafkan ayah." Katanya lirih, masih memeluk Cia, Cia semakin bingung dengan apa yang dikatakan pria tersebut, tetapi membiarkan tubuhnya dipeluk tanpa perlawanan, tidak tahu, nalurinya mengatakan pria ini bukanlah orang yang jahat.

"Siapa, Ci?" bisik Hera, Cia sudah kembali berdiri.

Cia mengedikkan bahunya. "Nggak tahu."

"Maaf, saya ke dalam rumah dulu." Pamitnya diikuti Hera dari belakang.

"Kakak mau kemana?"

Mereka berpapasan dengan Arka yang akan keluar rumah. "Kata Mbak Sari ada tamu."

"Iya, bapak-bapak kak, katanya dia ayah aku."

"He'em, langsung meluk Cia juga." Imbuh Hera.

Padahal, Arka tadi Cuma bercanda, soal perkataannya pada Doni siapa tahu yang datang adalah calon mertuanya, tapi kok---

Arka tertegun. "Beneran?"

"Nggak tahu, temuin aja sana, kalau dia beneran ayah aku, ya syukur, ternyata dia masih peduli sama aku." Kata Cia cuek.

Brother Conflict (sudah terbit ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang