2

12.7K 682 16
                                    

"Kak temenin adek nonton!"

Arka yang masih berkutat dengan berkasnya itu dengan cepat menuju ke bawah untuk menghampiri adiknya.

Arka yang membawa laptopnya ke ruang TV mendapat pelototan tajam dari adiknya.

"Nonton di TV kak! Bukan di laptop!"

"Kerjaan kakak belum selesai de!"

"Ya udah serah! Siapa suruh pacaran mulu! Giliran malem waktunya istirahat malah kerja!" Gerutu Cia sambil berjalan menuju dapur, karena ia tidak mau merepotkan Mbak Sari yang sepertinya sudah tidur, ia berusaha membuat mi instan sendiri, meskipun ia belum pernah menghidupkan kompor sekalipun, lagian bagaimana mau minta tolong kakaknya, kakaknya saja sedang sibuk dengan pekerjaannya.

Saat Cia akan mengangkat panci yang berisi mi nya yang sudah jadi, entah lupa atau bagaimana, ia mengangkat panci panas tersebut langsung dengan tangannya.

Dugg

"Aw! Panas!"

Arka yang mendengar teriakan dari dapur segera meninggalkan laptopnya. Di depannya sekarang Cia sedang meniup tangannya yang melepuh, di bawahnya ada mi yang tercecer dan kuah mi yang sedikit membuat lantai menggenang.

"Kak panas!"

Arka yang melihat adiknya kesakitan segera mengambil pasta gigi, setaunya pasta gigi bisa menghilangkan panas dari luka tersebut.

Arka menyeret Cia ke sofa dan mengolesi tangan adiknya itu dengan pasta gigi.

"Kamu ngapain sih di dapur! Udah tau ga bisa masak! Minta tolong mbak Sari atau kakak bisa kan! Ceroboh aja terus! Udah gede juga! Kamu kenapa juga mau makan mi! Kemarin bukanya baru aja mintak beliin spaghetti! Mi itu ga bagus! Dasar bandel!"

Cia menundukkan kepalanya mendengar omelan kakaknya yang bisa dibilang membentak itu, membuatnya sedikit meneteskan air mata, hari ini ia merasa sangat sensitif, mungkin karena hari pertamanya menstruasi.

"Sekarang mau makan apa? Biar kakak buatin" Arka berusaha mengontrol emosinya melihat adiknya yang ketakutan itu.

"Mau mi" kata Cia lirih, dengan masih menundukkan kepalanya.

"Dibilangin bisa ga sih de! Mi itu ga bagus! Udah gede masih aja ga bisa dibilangin! Kekanakan banget sih! Terus kalau ga mi mau gimana? Ga makan? Yaudah! Ga usah makan aja sekalian! Udah gede kerjaannya ngerepotin aja! Udah tau kakaknya sibuk kerja! Terserahlah! Terserah!" Arka meninggalkan Cia yang sudah terisak karena bentakan kakaknya itu.

Entah kenapa emosi Arka bisa meledak seperti itu, mungkin karena baru saja ia mendapat kabar bahwa kliennya membatalkan kerja sama perusahaannya, dan mungkin itu adalah salahnya sendiri karena terlalu menuruti kemauan Sheila yang selalu menyita waktu bersamanya.

Cia yang melihat kakaknya keluar, hanya memandanginya tanpa ada niatan menegur. Ia tau kemana kakaknya itu akan pergi. Club.

------

Arka memesan beberapa vodka dan meminumnya dengan cepat. Sang sahabat, Doni hanya menggelengkan kepala melihat Arka yang kacau itu.

"Kenapa lagi, Ka?" Tanya Doni berusaha menghentikan Arka untuk menambah minumnya. Walaupun Doni merupakan teman dekat Arka, ia tidak sebrengsek Arka, ia tidak suka minum-minum seperti Arka, disitu pun ia hanya menemani Arka dan bertugas mengantarnya pulang jika sudah teler.

Arka yang mendengar pertanyaan Doni hanya diam. Mengedarkan pandangan ke sekitarnya, dan pemandangan seorang wanita dengan tanktop dan miniskirt sedang dirangkul seorang pria memasuki sebuah ruangan membuatnya tidak bisa mengalihkan pandangan pada kedua orang tersebut.

"Brengsek!" Gumam Arka yang dapat didengar Doni. Tangannya sudah mengepal kuat.

Doni yang sadar dengan aura kemarahan Arka, mengalihkan pandangan yang dituju Arka.

"Cewek lo tuh Ka! Gue bilang juga apa! Sheila cuma keliatannya aja sok maunya cuma sama lo, liat tuh om-om juga diembat sama dia!"

Melihat itu, entah kenapa Arka kehilangan minat untuk bersenang-senang.

"Anterin gue pulang!" Kata Arka lirih. Doni mengambil kunci mobil Arka disakunya lalu membopong Arka masuk mobil.

Karena tau kebiasaan Arka saat desperate akan memintanya untuk menemani ke club, Doni sudah berjaga-jaga memilih untuk diantar sang sopir karena ujungnya pasti ia mengantar pulang Arka yang sudah teler.
---------
Sampai di rumah Arka, Doni segera membawa Arka masuk ke dalam rumah dibantu satpam Arka.

Doni sedikit tercengang saat melewati ruang tengah, melihat Cia tidur di sofa dengan TV yang masih menyala menampilkan drama korea. Ia sangat tau kebiasaan adik dari sahabatnya itu, sebelum tidur harus ditemani entah dengan siapa, sampai ia tertidur lelap. Dan mungkin Cia sedang menunggu Arka yang sekarang sudah teler karena terlalu banyak minum vodka.

Setelah mengantar Arka dibantu Pak Wadi ke kamarnya, Doni kembali ke ruang tengah untuk membopong Cia ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Arka.

"Sweet dream, dek."
Doni menyelimuti Cia sebatas dada lalu meninggalkannya, ia sudah menganggap Cia sebagai adiknya sendiri dan sangat menyayanginya.

Brother Conflict (sudah terbit ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang