15

7.3K 339 0
                                    

"Lo di jemput?" Tanya Kevin.

Mereka berdua, Cia dan Kevin sedang duduk di gazebo sekolah di sebelah lapangan parkir, Cia sudah selesai mengenalkan Kevin pada lingkungan sekolah.

Cia meminum teh botolnya sebelum menjawab pertanyaan Kevin. "Iya, gue mau chat kakak gue dulu.

"Eh-eh ga usah, rumah lo daerah slamet riyadi kan? Rumah gue di veteran, searah kan kita?"

Cia mengernyit, bagaimana Kevin bisa tahu rumahnya? Dia stalker?

Flashback 🔙

"Heraaaa." Hera menghentikan langkahnya menuju kamar mandi saat seseorang memanggilnya.

"Napa, tong?" Tanya Hera kepada si pemanggil yang ternyata Kevin.

"Lo udah selese tesnya?"

"Lah lo ngapain juga keluyuran? Kan gue bilang tunggu aja di mushola."  Hera menghentak hentakkan kakinya karena merasa kebelet pipis.

"Gue udah solat dhuha 8 rakaat, gue bosen jadi keluyuran aja." Hera memukul lengan Kevin pelan, tidak percaya bahwa sahabatnya itu bisa berubah jadi alim.

"Alah bacot lu gegayaan. Gue mo pipis dulu minggir."

Kevin menunggu Hera keluar dari kamar mandi, ia butuh bertanya sesuatu hal pada gadis yang dulu pernah menjadi tetangganya.

" Apa sih Vin?"  Hera memandangi Kevin yang masih setia menunggunya sambil bersandar di dinding depan toilet.

"Deketin gue sama temen lo dong."

Hera mengernyit, apa coba maksud Kevin?

"Cia maksud lo?"

"Nah iya." Kevin tersenyum, sahabat kecilnya itu memang paling tahu dia pokoknya.

"Gue pedekate in deh, tunggu aja rencana gue. Besok lo anter aja dia, rumahnya di jalan slamet riyadi no 25, inget-inget, tong." Jelas Hera, menepuk-nepuk pundak Kevin, pikirnya mungkin Cia bisa menjadi tidak kesepian karena adanya Kevin yang memang cukup baik dalam memperlakukan wanita.

"Yodah makasih sista, buru deh lo balik ke kelas. Nanti nyamperin gue ya."

Flashback OFF.

"Hehe. Ya taulah." Kevin menggaruk tengkuknya salting. "ya udah ayok kita pulang bareng aja ya."

Cia mengangguk dan mengikuti langkah Kevin menuju parkiran.

Kevin menyerahkan sebuah helm bogo yang di gantungnya di jok belakang motor.

"Ayo, naik."

---------

"Rumah lo yang nomor 25 kan?" Tanya Kevin agak keras.

Cia memajukan kepalanya ke arah Kevin. "Iyaaa."

Cia sedikit heran, Kevin itu cenayang apa ya?

Sampai di rumah ber cat putih, Kevin menghentikan motor besarnya itu.

"Cia?"

Brother Conflict (sudah terbit ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang