80

2.3K 78 3
                                    

Setelah berjam-jam menikmati perjalanan udara dari Italia ke Indonesia, mereka sampai ke Indonesia, dan tanpa diduga, Doni dan Hera yang entah apa motivasinya membawa sebuah papan yang bertuliskan Arka love Cia besar.

"Keluarga Arka, keluarga Cia." Teriak Hera sambil mengangkat papan yang dibawanya.

Cia mendengus, apa maksudnya Hera coba, gabut banget tuh anak.

"Bos sudah pulang." Sapa Doni berusaha memeluk Arka tapi ditepisnya.

"Apasih lo, dih."

"Gue sama Hera tuh menyambut pasangan baru, kenapa pada nggak menghargai usaha kita sih, ya, Ra?"

Hera mengangguk. "Iya, mana lo nggak cerita lagi kalau habis di lamar, gue tahu aja dari Kak Doni."

"Maaf, gue lupa mau ngabarin. Itali habisnya indah banget, Ra."

"Iya indah, lo kan disana sama calon suami."

Cia mendelik.

"Dah, kita pulang aja, gue udah kasih kejutan buat kalian."

Mereka mengikuti Doni yang berjalan duluan.

"Don, Stella sekarang berubah banget." Celetuk Arka yang duduk di samping Doni yang menyetir, Cia dan Hera duduk di belakang.

"Plis, lah Ka, masa lalu itu. Nggak mau gue nanti jadi pebinor." Gerutu Doni yang membuat Arka terkekeh.

"Gue Cuma mau ngomong gitu doing kenapa lo sewot sih, dia udah punya anak Don, cantik."

"Lo ngomongin Stella lagi, gue suruh turun."

"Santai, bos."

"Stella itu kata Kak Arka mantanya Kak Doni, dulu." Bisik Cia ke Hera, karena melihat Hera yang menguping pembicaraan Arka dan Doni.

"Apasih, gue nggak tanya juga."

Cia memukul kepala Hera pelan. "Halah, sok."

Doni melajukan mobilnya ke rumah Arka.

"Lo tadi habis ke rumah gue?" Tanya Arka.

"Iya, kan gue udah bilang mau kasih surprise."

"Serah lo ajalah."

"Ya gitu, harus nurut sama majikan." Ujar Doni seenaknya.

"Lo yang babu gue, nyet."

"Iyain ajalah Bapak Arka yang terhormat."

Mereka sampai di rumah Arka, lalu segera dibantu mengeluarkan barang dari bagasi oleh Pak Wadi dan Mbak Sari.

"Belum seminggu kok udah pulang, dek?" Mbak Sari membantu membawakan koper Cia.

"Iya, mbak. Kantor kebanjiran soalnya."

"Oleh-oleh gue mana, Ci?" sela Hera yang daritadi belum melihat tas ataupun paper bag yang nama brandnya sesuai dengan yang dimintanya pada Cia untuk oleh-oleh.

"Di koper itu, sabar."

"Lo dikasih cincin dua?" Tanya Hera random, setelah melihat tangan kiri Cia yang tadi menunjuk sebuah koper yang katanya berisi oleh-oleh titipannya.

"Hah?" Cia menoleh ke arah Hera di belakangnya bingung. Ia melihat tangan kirinya, yang memang dibalut dua cincin, yang satu di jari tengahnya, dan satu di jari manisnya.

"Itu, di tangan kiri."

"Oh, dari Kak Arka, gue dikasih dua, bingung makenya gimana." Jelas Cia.

"Buat gue satu dong, Ci."

"Cari noh di Ciki."

Hera tertawa hambar. "Hahaha, lucu lo."

"Ayo Ka, dek, masuk rumah." Ajak Doni, setelah mereka mulai selesai mengeluarkan barang dari bagasi mobil, nggak nyadar dia tuan rumah aslinya siapa.

"Elah, masuk ya masuk aja."

Happy Engagement : Cia dan Arka

Baru saja menginjakkan kaki memasuki rumah, Cia disambut Mbak Sari dan Pak Wadi yang membawa spanduk besar dengan tulisan 'Happy Engagement : Cia dan Arka' dan dengan cepat Hera dan Doni menaburkan confetti ke arah Cia dan Arka.

"Welcome back home to new couple." Teriak Hera riang.

"Ya ampun, lo kira gue sama Cia lagi ulang tahun?" Tanya Arka sambil tertawa,

"Sebagai bentuk apresiasi atas lamaran untuk kedua orang yang gue shipperin dari dulu, akhirnya tercetuslah ide membuat perayaan kayak gini." Celetuk Hera, mereka memasuki rumah bersama, lalu menduduki meja makan yang sudah penuh dengan berbagai makanan. "udah gue request sama Mbak Sari nih, makanan kesukaan kalian."

"Lo kenapa sih, Ra. Terharu gue." Cia memeluk Hera yang masih berdiri di sampingnya.

"Lebay amat lu, biasa aja juga."

"Gimana nih kelanjutan kalian, mau langsung nikah aja?"

"Iye, lah."

Doni yang mendengar jawaban Arka tersenyum, gentle juga si Arka.

"Kalo butuh bantuan, gue sama Hera siap nih." Ucap Doni seraya melirik Hera. "Ya, nggak, Ra?"

Hera mengangguk. "Iyalah, kalian kan the best couple in the world."

"Apasih, alay." Cibir Cia sambil memilih berbagai makanan yang sudah terhidang di meja makan. "sumpah baksonya enak banget."

Arka yang duduk tepat di samping kanan Cia, melebarkan mulutnya. "Aaaa." Dan Cia menyodorkan bakso goreng yang tadi sudah digigitnya separuh.

"Tuh, kan. Udah jadi istri yang baik."

"Apasih, Ra."

Brother Conflict (sudah terbit ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang