62

4K 156 5
                                    

"Iya itu ayah kamu, foto itu diambil setelah ibu kamu meninggal. Ibu kamu meninggal karena suicide dek, dia sebelumnya memang udah ngomong sama mom buat ngejagain kamu, terus entah gimana, kayaknya ibu kamu juga sebenarnya menderita baby blues, dia stres, lalu dia bunuh diri."

Cia mendengarkan penjelasan Arka, sebenarnya dia sedikit tidak menyangka bahwa ibu yang telah melahirkannya bunuh diri, dan secara tidak langsung karena dirinya.

Arka makin mendekatkan duduknya pada Cia, meraih kepala adik angkatnya itu agar bersandar di dadanya.

"Ayah kamu sekarang masih di Amerika, dia udah mengaku salah emang dek dengan keadaan ibu kamu mengandung malah ninggalin, karena dia terlalu shock dan belum siap jadi ayah, jadi dia ninggalin ibu kamu. Tapi setelah ibu kamu meninggal dia datang, dan benar-benar rela kamu diserahkan ke mom sama dad. Dia sayang kamu, tapi dia masih merasa bersalah, dia menyadari, dia nggak berhak dianggap ayah sama kamu."

Cia masih diam dan menikmati usapan tangan Arka di rambutnya, ia mencoba mencerna tentang ayah biologis, bagaimana sebenarnya ayahnya itu dengan tega meninggalkan ibu yang sudah mengandungnya.

"Yang penting sekarang kamu aman, nyaman dan tenang disini, kakak akan selalu ada buat kamu. Kalau nantinya kamu pengen ketemu ayah kamu atau pengen ke makam ibu kamu kakak siap nganter."

Pinggang Arka dipeluk Cia erat, entah kenapa ia ingin sekali menangis.

"Kenapa nangis? Udah mirip K, tuh kamu, cengeng."

Cia memukul dada Arka pelan. "K dimana?"

"Hah?" Tanya Arka, suara Cia teredam karena kepala Cia menempel di dadanya.

"Kaila kemana?"

"Ya sama mbak lah." Arka menciumi pipi Cia gemas, Cia kini sudah berpindah duduk di samping Arka.

"Sheila?"

"Tumben nanyain?"

Tiba-tiba Sheila datang bersama 2 orang yang tadi juga bertemu Arka.

"La, aku mau tes DNA."

Cia memandang seorang pria dan seorang ibu-ibu yang mengikuti Sheila, padahal ini ruang keluarga, bukan ruang tamu.

"Sebaiknya kamu, ajak kedua orang ini ke ruang tamu, bukan di sini." Kata Arka sinis. Apa-apaan Sheila membawa urusannya ke dalam rumah, urusan Sheila ya urusan dia, ngapain melibatkan Arka.

"Sayang, kamu temenin aku nyelesain masalah aku sama mereka berdua ya."

Arka mengernyit, apa sih Sheila.

"Ya udah ayo kita ke ruang tamu aja."

Arka, Sheila dan kedua orang itu duduk saling berhadapan di sofa ruang tamu.

"Saya mau kamu cerain Lala."

---------
Cia memainkan remote, mengganti-ganti channel karena sebenarnya dia tidak tertarik dengan tayangan di televisi, sepertinya sudah sangat lama dia tidak menonton sinetron di TV, ia ingat terakhir kali menonton ganteng-ganteng serigala yang entah kenapa sekarang dia menganggap film itu mirip The Vampire Diaries, ah mungkin juga Twilight.

"Nonton azab aja dek." Seru Mbak Sari yang membuat Cia seketika ngakak.

"Azab apa mbak? Azab suamiku ternyata menyukai anak dari adik suaminya tanteku?"

Mbak Sari duduk di bawah sofa sambil membawa timun untuk dipotong-potong karena nona kecilnya minta dibuatkan pempek.

"Wah adek juga paham judul-judulnya gitu?" Tanya Mbak Sari polos yang membuat Cia makin ngakak.

"Udah-udah. Mbak jangan duduk dibawah deh. Atas sini"

"Lha ini sekalian motongin timun dek, kalau di atas bingung mau gimana."

Brother Conflict (sudah terbit ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang