65

4.1K 173 9
                                    

Setelah menyadari apa yang sedang mereka lakukan, Cia segera menjauh dari Arka, mengusap bibirnya kasar, dan bulir-bulir air mata jatuh di pipi Cia.

Arka terdiam, menyadari betapa bodohnya dia, entah fikiran dari mana ia berani mencium Cia, bahkan sempat melumatnya meski tidak sampai 15 detik.

"Hiks...hiks... "

Awalnya Arka hanya berniat merangkul Cia, tetapi malah berlanjut Arka yang mencium bibir Cia, dan sekarang, mereka berdua duduk di satu sofa panjang tetapi dengan posisi Cia yang menjauh dari Arka, bahkan gadis yang baru saja terambil ciuman pertamanya itu masih diam, bukannya terlalu berlebihan atau apa,  tetapi selama 17 tahun hidupnya, Cia belum pernah merasakan dicium bibir oleh laki-laki, mentok juga pipi, dan sekarang, firts kiss nya hilang diambil oleh sang kakak.

Arka memandangi Cia yang masih terisak, merutuki kebodohannya yang dengan mudah tergoda dengan bibir Cia.

"Dek, maaf. " kata Arka lirih, ia merasa sangat bersalah karena tahu dialah yang mengambil first kiss Cia dalam saat yang 'belum waktunya'.

Akhirnya Cia meninggalkan Arka yang masih mencerna hal bodoh yang baru saja dilakukannya itu.
---------
"Raaa. "

Hera heran ketika Cia mengajaknya video call, padahal selama persahabatan mereka, Cia tidak pernah sekalipun mengajaknya vc, ribet katanya.

"Hmm. Whats up? " tanya Hera pelan,  takut merusak maskernya.

Hera sedang duduk di depan televisi ruang keluarga dengan masker coklat yang memenuhi wajahnya, juga dengan pringles di pangkuannya.

"I'm not virgin anymore."

Hera terlihat shock hingga menghentikan kunyahannya.

"Rasanya gimana, Ci? " tanya Hera yang membuat Cia makin terisak, dasar sahabat jadi-jadian.

"Bibir gue jadi bengkak!  Huhuu.. "

"Lah kirain udah ga perawan yang di bawah. " Hera tertawa melihat Cia yang menangis, siapa juga yang ngambil ciuman pertamanya Cia, pacaran aja belum pernah.

"Kak Arka Raa, Kak Arka jahat! "

Hera yang paham dengan apa yang dikatakan Cia hanya memandang Cia dengan tatapan antara kasihan dan pengen menyadarkan kalau mendingan Cia cepet nikah aja sama Kak Arka, gamau dia punya keponakan yang nanti lahir di luar nikah.

"diem. Gue kesana nih."

---------
Arka mengacak rambutnya kasar, bingung harus menjelaskan apa yang baru saja ia lakukan kepada Cia.

"Dek? "

Cia yang tahu Arka baru saja memasuki kamarnya hanya diam sambil bermain ponsel, tanpa menghiraukan Arka.

Arka mendekati Cia yang bersandar pada ranjang.

"Dek, Maaf. Maaf udah cium kamu, maaf beneran maaf banget. Maaf kakak nggak bisa nahan buat cium kamu, maaf kakak kelepasan."

Cia yang risih dengan Arka yang terus-terusan berkata maaf akhirnya menatap Arka dengan tatapan datar.

Kedua tangan Cia ditangkup Arka dan dielusnya lembut.

"Maaf kakak ga ngejaga kamu, malah hampir ngerusak."

Cia mengangguk pelan, tadi memang ia sangat shock, bahkan tidak bisa berkata-kata, first kissnya hilang, diambil kakaknya sendiri lagi.

Arka meraih tubuh Cia lalu memeluknya erat, ingin menyatakan apa yang terpendam dalam hatinya, tapi terlalu takut Cia akan berubah sikap kepadanya, dan pasti ia tidak akan sanggup.

"Ci-Eh!"

Brother Conflict (sudah terbit ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang