Cia memainkan ponselnya sambil duduk santai dan terlihat sangat nyaman di beanbag yang memang diletakkan Arka di ruangannya sebagai request dari Cia.
Setelah 10 menit yang lalu Cia menonton 8 episode Stranger Things 3, sekarang ia sudah sangat bosan, sudah dari 2 jam yang lalu memang Arka belum kembali dari meeting, padahal tanpa disadarinya, adik tercintanya itu sudah mulai kelaparan.
Cia sudah beberapa kali menguap, meskipun ia merasa kelaparan, tapi tidak mengganggu rasa kantuknya, apalagi ia memang rebahan di beanbag super nyaman itu, auto ngantuk dia kalau udah rebahan.
---------
Arka masih serius memperhatikan bagaimana salah satu client mengutarakan opini dalam meeting yang membahas bagaimana memperluas produk mereka hingga ke ujung dunia itu. Bahkan, ia sampai lupa bahwa di ruangan sebrang sana, ada adik tercintanya yang mulai terlelap karena terlalu bosan menunggunya.".......Terima Kasih sudah meluangkan waktu untuk meeting hari ini." Pamit Arka sambil tersenyum dan menundukkan badannya sebagai bentuk penghormatan.
---------
Arka membuka ruang kerjanya, sedikit terkejut ketika melihat Cia terlelap nyaman di beanbag, dengan posisi ponsel masih dalam genggaman gadis itu."Husss, dek?" Arka memposisikan dirinya terduduk di sebelah beanbag lalu mengusap surai Cia lembut, sambil berusaha membangunkannya dengan bisikan di telinganya.
Cia menggeliat merasa terganggu, ia adalah tipe orang yang mudah sekali terbangun jika ada yang sengaja membangunkannya.
"Kamu belum makan, kan?"
Cia berusaha menegakkan badannya dibantu Arka, ia lalu memilih merebahkan kepalanya di bahu Arka, seperti posisi keduanya sedang berpelukan.
"Mau gendong." pinta Cia yang sekarang sudah mulai melingkarkan tangannya di leher Arka.
Arka hanya tersenyum lalu mengangkat Cia, dengan posisi gendong koala, Cia mengeratkan pelukannya takut terjatuh, walaupun memang menurut Arka berat Cia tidak ada apa-apanya, ia memang sering olahraga demi menjaga bentuk tubuh, dan sekarang, sebagai pelampiasan supaya tidak terlalu jauh berfikir tentang Cia.
"Mau makan dimana?" tanya Arka, kini keduanya sudah mulai keluar dari ruangan Arka, dengan Cia masih digendongan Arka, meskipun sangat berusaha menutupi wajahnya di ceruk leher Arka, malu sebenarnya dia, tapi mau gimana lagi, mager banget buat jalan.
"Terserah."
"Mau sekalian jalan?"
"Kemana?"
Arka mendudukan Cia di samping jok pengemudi, lalu mencium keningnya lumayan lama.
"Kemana, ih!" tanya Cia lagi setelah Arka sudah di sebelahnya.
"Besok kita ke berangkat, mau?"
Cia memutar bola matanya malas, ditanya apa, jawabnya apa.
"Kemana?"
Tangan Cia terulur untuk mengambil pringles rasa pizza yang memang diletakkannya di dashboard mobil Arka.
"Ke Itali, dek." jawab Arka sambil melirik sinis apa yang dimakan Cia, tau gitu dia kasih ke Denda---sekretarisnya aja daripada dimakan Cia.
"Ya udah aku sih ngikut aja." Daripada bosen di rumah ngapain kan.
Arka membawa Cia ke sebuah mall, Cia heran, padahal yang sering ngajak Arka ke mall kan dia, Arka mah sukanya ke cafe, restoran, bar, atau nggak ya tempat dugem.
"Udah." Arka meraih pringles yang masih saja dimakan Cia.
Cia mendelik tajam, tetapi akhirnya meninggalkannya di mobil Arka lalu keluar mengikutinya.
Cia melingkarkan tangannya di lengan Arka, nggak tahu kenapa, pengen gelendotan aja dia tuh sama Arka.
"Makan di Solaria mau?"
"Orient aja, mau dimsum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Conflict (sudah terbit ebook)
Randomlink ebook : https://play.google.com/store/books/details?id=HOX5DwAAQBAJ Arka memiliki adik yang sangat disayanginya, 2 tahun lalu orang tuanya meninggal karena kecelakaan mobil dalam perjalanan menuju hotel di New York untuk melanjutkan proyek aya...