59

3.9K 142 28
                                    

Mbak Sari menggendong Baby K yang hari ini sudah bisa dibawa pulang, Sheila duduk di kursi roda dan Arka di belakangnya untuk mendorong.

Cia yang gemas dengan Baby K, terus menempeli Mbak Asri yang terlihat sangat hati-hati menimang Baby K.

"Pengen punya bayi, Dek?" Tanya Mbak Sari yang sudah duduk di jok belakang mobil di samping Cia, dengan Arka yang menjadi sopir dan Sheila di sebelah Arka.

Cia mengangguk, kali ini ia memainkan kaki-kaki mungil Baby K yang terbalut kaus kaki.

"Ka, kita belum ngedekor kamar buat Baby." Kata Sheila yang terdengar oleh Cia, pikirnya, bayi yang bahkan belum genap 1 bulan itu akan tidur di kamar sendirian? Mendingan tidur bareng Cia saja.

Arka mendengus, tunggu saja tentang hasil tes DNA-nya, belum tentu ia akan tetap menerima Sheila dan bayinya jika terbukti Kaila bukan anaknya, tetapi jika melihat bahagianya Cia akan kehadiran Baby K, boleh juga Baby K dibiarkan bersama mereka dan hanya Sheila yang di depak dari rumahnya.

Duh kok gue licik?

Arka membantu Sheila turun dari mobil, dan merasa kaget ketika Andre sudah di teras depan dengan kopernya.

Memang, Arka masih membiarkan Andre berseliweran di rumahnya, toh Andre itu memang saudaranya, ia cukup tahu bagaimana menjadi saudara yang baik.

"Joarka, saya pamit dulu."

Langkah Arka yang memapah Sheila, Mbak Sari dan Cia terhenti, mungkin untuk menghargai 'pamitan' tamu mereka.

"Oh iya, terimakasih sudah mampir kesini." Ucap Arka yang sesungguhnya hanya sebuah formalitas.

"Alecia, saya sudah menitipkan some stuffs kepada Arka untuk kamu."

Cia mengernyit. Some stuffs apa coba? Novel Harry Potter original versi Bahasa Inggris? Atau paket liburan 1 tahun keliling Eropa?

Cia segera mengenyahkan fikiran-fikirannya itu, tidak baik terlalu berharap nanti sakit.

Cia mengangguk, Arka menatap Andre tajam, berharap Andre segera keluar dari rumahnya.
--------
Sheila menyender mesra di dada Arka, tempat ternyaman versinya.

"Kapan kamu mau lamar aku?" Tanya Sheila yang memainkan jemari Arka.

Arka sibuk dengan ponselnya, mendengus bisa-bisanya Sheila membahas tentang pernikahan lagi, bahkan ia sangat bersyukur sampai detik ini tidak belangsung pernikahan mereka. Entah, sepertinya Tuhan masih memihak pada Arka.

Arka tahu, Sheila sama sekali tidak tahu bahwa Arka melakukan tes DNA dengan bayinya dan hanya tinggal menunggu hasilnya, syukur-syukur dalam masa menunggu hasil tes DNA ini, tiba-tiba ada pria yang mengaku bahwa ayah kandung Baby K.

"Aku mau Kaila umur 1 tahun dulu." Arka masih berusaha menanggapi ocehan Sheila yang entah kenapa, terasa panas di kupingnya.

Sheila menengadah menatap Arka, apa katanya? Kaila satu tahun? Keburu dia nanti melahirkan anak keduanya dengan Arka dong kalau begitu.

"Kamu nunggu aku hamil anak kedua kita baru kita nikah?"

Arka tersentak, apa-apaan perkataan Sheila itu, ingin rasanya dia muntah.

Sheila dengan cepat menyambar bibir Arka, menghentikan pemikiran Arka tentang pertanyaan Sheila yang amat sangat absurd itu.

Mereka saling bertukar saliva, Arka yang memang orangnya sulit menahan nafsu, berusaha melepaskan celana Sheila, tetapi segera dicegah Sheila, untuk pertama kalinya.

"Sayang, tunggu aku selesai nifas dulu, nanti kita buat adek untuk Kaila."

Dan Arka ingin sekali menenggelamkan diri di rawa-rawa, mengikuti Jason Blossom yang tenggelam di sungai sweetwater.

Brother Conflict (sudah terbit ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang