7

8.8K 433 6
                                    

Arka memandangi mobil Hera yang membawa adiknya, ia mengacak rambutnya frustasi dan memutuskan masuk ke dalam rumah.

Cia butuh waktu, batinnya.

Di depan TV, terlihat Sheila duduk bersila di bawah sambil menikmati es krim.

"Sayang, habis dari mana?" Tanya Sheila, baskom berisi es krim di pangkuannya sudah disingkirkan di samping kanannya, ia lalu menghambur ke pelukan Arka.

Karena risih, Arka melepas pelukan Sheila paksa, Sheila yang memang keras kepala malah megajaknya duduk di sofa. Pandangan Arka melebar ketika melihat baskom es krim yang tadi di makan Sheila.

"Lo ngambil es krim di kulkas?" Tanya Arka tajam, Sheila yang bergelendot manja mendongak untuk menatapnya.

Sheila mengangguk lalu memainkan jari jari Arka di genggamannya, tanpa menyadari raut marah Arka.

"Gue udah bilang kan itu punya Cia!" Teriak Arka yang membuat Sheila tersentak, ia tidak menyangka hanya dengan mengambil satu diantara banyak baskom es krim di kulkas dapat membuat Arka murka.

Sebelum Sheila yang akan menangis itu membuka mulutnya, Arka menatap sela tajam tepat di manik matanya. "Everything in here not yours! Listen! You just bitch and don't disturb me anymore!"

Sheila yang mendengar Arka berkata kasar seperti itu, meninggalkan es krim nya dan berlari ke kamar, ia merasa perkataan Arka terlalu kasar, apalagi dengan keadaan dirinya yang sedang hamil muda anak Arka.

Arka merebahkan dirinya di sofa, tidak peduli dengan Sheila yang ngambek karena dirinya. Ia lebih memilih memikirkan Cia yang jika marah bisa sangat lama, entah kenapa ia merasa gagal untuk menjadi kakak yang baik seperti pesan mendiang kedua orangtuanya.

2 years ago........

"Mama sama Papa baru aja satu minggu pulang dari Dubai, masa mau pergi lagi?" Cia menatap kedua orangtuanya sendu, Arka yang berdiri di sampingnya hanya diam, padahal biasanya ialah yang paling cerewet untuk mengingatkan ayah dan ibunya agar tidur dengan cukup dan menjaga pola makan.

"Mama sama Papa berangkat dulu sayang, jagain adek kamu bener-bener, Kak. Adek juga jangan manja-manja, pokoknya mulai sekarang adek sama kakak harus terbiasa tanpa mama papa" Melanie memeluk anaknya bergantian, disusul sang suami, biasanya ia masih menangis terisak meskipun mereka sudah sering meninggalkan kedua anaknya untuk ke luar negeri atau ke luar kota, berbeda kali ini, ia tersenyum teduh kepada kedua anaknya, walaupun usianya sudah memasuki setengah abad, ia masih terlihat sangat cantik, apalagi saat tersenyum. Arka yang mendengar mamanya berbicara seperti itu memeluk mamanya erat, membalas pesan mamanya hanya dengan anggukan kepala.

Setelah pesawat yang ditumpangi kedua orangtuanya lepas landas, kakak beradik itu memutuskan untuk pulang, lagipula Arka masih banyak pekerjaan di kantor, karena ialah yang akan menghandle semua urusan kantor saat ayahnya sibuk mengurusi proyek di luar negeri.

2 hari setelah hari itu, kedua orangtua mereka belum memberi kabar, padahal menurut perkiraan perjalanan mereka menghabiskan waktu 18 jam. Arka sudah berkali-kali menghubungi mereka, hingga malam hari saat itu, ia mendapat telefon yang mengabarkan orangtuanya telah meninggal.

"Arka?"

"Iya, Pa. Papa udah sampai?"

"Sorry, I'll tell you that your parents had an accident while on the way to the hotel and they're dead "

Setelah mendengar berita tersebut, Arka yang tadi mengangkat telefon dengan berdiri, jatuh terduduk, tidak terlihat air mata jatuh dari matanya, tapi tatapan kesedihan tergambar jelas dari sorot matanya.

Jenazah kedua orang tua mereka dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga Salandra. Semua pelayat pulang, meninggalkan kedua anak manusia yang mengalami keterpurukan paling dalam selama hidupnya.

Cia tidak berhenti meneteskan air matanya, ia masih ingin sekali bercerita tentang dia yang sedih karena akan berpisah dengan teman teman SMP nya, ia masih butuh kehadiran ibunya yang meneduhkan dan ayahnya yang selalu memanjakannya.

Arka yang berada di samping Cia menatap kedua makam orangtuanya yang saling berhadapan, dan ia sadar akan perkataan ibunya, bahwa ia harus menjaga Cia, harus bangkit. Untuk Cia.

Brother Conflict (sudah terbit ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang