Brother Conflict (sudah terbit ebook)

20

Sheila menggandeng tangan Arka erat, sebenarnya ia ingin calon suami nya itu ikut dengannya, tapi apalah hak nya, dituruti kemauannya saja ia sudah bersyukur.

"Aku berangkat dulu sayang, love you." Sheila memeluk Arka erat, lalu mereka berciuman sesaat.

"Hati-hati."

Sheila memasuki ruangan untuk segera take off, dan Arka meninggalkan bandara setelah kepergian Sheila.

---------
"Akhirnyaaa." Hera meregangkan otot-otot tangannya, lega karena sudah menyelesaikan ujian kenaikan kelas yang banyak menguras waktu belajar yang seharusnya ia buat untuk marathon drama.

"Ra gue bareng ya, sekalian elo ke rumah ambil barang-barang buat kita muncak terus kita berangkat bareng dari rumah gue." Cia membenarkan rambut kuncir kudanya yang mulai berantakan.

"Kita bakalan muncak naek gunung apa nginep di puncak sih? Kok gue bingung ya?" Tanya Hera, ia masih tidak paham apa maksud Arka, apakah mengajak mereka mendaki gunung atau menyewa villa di puncak untuk refreshing?

---------
Setelah pulang dari bandara, Arka menuju rumah Doni untuk mengingatkan bahwa mereka akan pergi liburan bersama.

"Gue masih ngantuk bro, lo tuh ganggu aje." Gerutu Doni kesal, Arka yang sudah berada di atas ranjang samping Doni---karena memang Arka bebas keluar masuk rumah Doni, mendorong Doni agar terjatuh.

"Kebo banget sih lu! Pantes ga ada yang mau sama modelan madesu kayak lu!"

Doni mendengus mendengar ejekan sahabatnya itu, lalu berjalan untuk mengambil handuk dan mandi.

"Ga usah konser! Mandi yang cepet!"

"Bawel lu!"

---------
Hera memasuki rumahnya diikuti Cia di belakang, rumahnya yang besar, hanya ditinggali 2 pembantu rumah tangga dan satu supir yang sebenarnya untuk mengantar jemputnya ke sekolah, tapi Hera memilih menyetir mobil sendiri karena malas dengan orangtuanya yang sok perhatian dengan menyediakan supir agar mengurangi peluang kecelakaan.

"Tante sama om ga pernah pulang, Ra?" Tanya Cia, Hera yang sudah mencapai pantry menuangkan air putih untuk dirinya sendiri.