69.

3.9K 155 4
                                    

Kini, sudah 2 minggu berlalu sejak Cia melaksanakan Ujian Nasional beserta Ujian Prakteknya. Cia berdiri di depan kaca yang memang diletakkan di ruang keluarga. Ia sedikit berputar untuk melihat kebaya yang digunakannya memang sudah terlihat sempurna. Rambutnya yang panjangnya sebahu dicepol simpel, ia juga menggunakan baju hanbook modern, tadinya Cia memilih menggunakan kebaya dengan bawahan rok belah hingga paha atas, tapi saat Cia akan mencobanya, dengan tidak mau tahu Arka menyuruh Cia ganti kostum, untungnya tema graduationnya adalah "your costume, your style", yang boleh memilih kostum tradisional negara mana saja.

"Waah, kamu cantik banget." puji Diana sambil merapikan rambut Cia.

Fyi, semua riasan yang digunakan Cia, juga kostumnya, adalah atas rekomendasi-rekomendasi dan bantuan dari Diana, tanpa menyewa pihak salon.

Sepertinya sekarang Diana sudah menjadi pengganti Sheila, Cia tahu, Diana lebih baik dari Sheila, bahkan Diana selalu memperlakukannya dengan amat baik.

"Waaw." Arka yang baru saja turun dari kamarnya, seketika terdiam ketika melihat Cia yang sebelum-sebelumnya belum pernah berdandan yang benar-benar dandan, mentok Cia hanya memakai liptint, padahal Hera sudah mencekokinya dengan extension bulu mata, tapi taulah, Cia terlalu malas untuk mengurusi hal seperti itu, untuk sepatu pun Cia ogah memakai heels, dia memakai vans authentic black and white yang membuat Diana menghela nafas melihat Cia yang ngeyel tidak mau memakai heels.

Diana yang melihat ekspresi Arka, tersenyum. "Hebat kan aku ngedandaninnya."

Arka yang memang ikut sebagai wali Cia, menggunakan setelan yang terlihat match dengan apa yang digunakan Cia.

"Makasih Kak." ucap Cia sambil memeluk Diana. Diana memang tidak ikut karena ia masih ada urusan lain.

Diana mencium pipi kanan dan kiri Arka lalu pamit pulang.
---------
"Di gedung anggrek kan, Dek?" tanya Arka yang diangguki oleh Cia, Cia sedang sibuk membalas pesan dari Hera yang curhat katanya orang tuanya tidak bisa datang.

"Dek?" Arka memegang dagu Cia yang membuatnya tersentak, btw sedang lampu merah dan macet karena memang jam-jam orang berangkat sekolah dan berangkat kerja.

Cia menatap Arka yang menatapnya dengan tatapan lekat.

Entah bisikan dari mana, untuk kedua kalinya, Arka menempelkan bibirnya ke bibir Cia. Cia melebarkan matanya, lalu refleks memukul bahu Arka keras.

Kali ini, Cia tidak menangis, ia hanya diam memandang ke arah jendela mobil, ia tidak tahu, apakah yang dilakukan Arka itu adalah sebuah keisengan yang terulang atau memang melibatkan perasaan, Cia sendiri pun takut, sesuatu hubungan "tidak semestinya" akan terjadi antara dia dan Arka, takut Arka dengan segala pesonanya dapat menyakitinya.

Arka juga tidak berniat meminta maaf atas apa yang baru saja dilakukannya, karena ia memang sudah berniat memiliki Cia dengan status lebih dari saudara.

Arka membukakan pintu mobil untuk Cia, ia juga mengangsurkan lengannya untuk digandeng Cia, tapi gadis itu malah bergeming, dan dari tadi berusaha mengalihkan pandangan dari Arka.

Arka menghela nafas, mengikuti Cia dari belakang.

"Lah?" Cia kaget ketika melihat Hera yang sepertinya sedang antri untuk tanda tangan, dengan Doni di sampingnya, tadi aja chat make emot nangis banyak karena orang tuanya nggak bisa dateng di wisuda, taunya udah sama Doni aja.

Hera yang melihat Cia menuju ke arahnya hanya menyengir. "Hehe, kenapa?" tanyanya polos.

Doni yang berada di samping Hera menepuk bahu Arka yang berada di depannya. "Habis ini sebar undangan neh, Bro." Arka mendelik, ember banget sih.

--------
Aku up lagi tapi yang kosong ga aku delete, sapa tau balik lagi kan huhu :(

Brother Conflict (sudah terbit ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang