Aku masih meraba kata, berusaha mencari makna di tiap percakapan yang pernah hadir sebagai definisni bahagia paling sederhanaku. Dulu, dulu sekali. Di detik-detik berdebu yang kini hanya milik masa lalu.
kala keterasingan belum menarikku dalam jeda panjang bernama jarak, kau adalah labirin, tempatku tersesat dengan segala kerumitanmu yang amat sukar kubahasakan. Aku mencoba memahami maksud di sela katamu, hingga akhirnya kenyataan menyodorkan sepiring luka yang manis.Aku disesaki pilu sedang logikaku bersorak bahagia sebab perasaan memang sebagai pelajaran paling bijak. Perihal tiap kenang yang berhasil menemui kerelaan. Katanya: Ia tak lagi sudi dijadikan alasan perih yang menginfeksi dada. Ia lebih memilih sebagai jawaban semesta juga pengantar senyum-meski harus melakoni sandiwara; pura-pura.
Demikianlah, aku mempelajarimu sebagai waktu yang rampung di tubuh kesepian dan pikiran paling berantakan milikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~
PoetryBiarkan catatan ini menjadi jejak tentang rasa yang kini berhasil dihapus jarak dan waktu. Sebab masing-masing kita sudah berada pada titik tanpa perlu berlanjut di paragraf baru. Yaa, dengan satu kata penutup: "selesai". Meski kau tak pernah betul...