Aku sengaja kau hilangkan bersama waktu yang kini kau sebut sebagai masa lalu. Padahal, kita pernah sepakat untuk terus bersama; membersamai setiap waktu yang lalu dan yang akan datang. Sayangnya hanya sebatas pernah. Kau membiarkan aku hilang, sengaja agar aku tak menjadi bagian dari perjalananmu.
Pernah kita berencana memenuhi segala ingin dengan keras kepala, tapi lagi-lagi hanya sebatas rencana. Dengan segala alasan yang tak kumengerti, kau menyudahi mimpi, dan aku keras kepala tak ingin sudah.
Harapan-harapan yang kita tumbuhkan bersama, kini hanya aku yang merawatnya. Entah layu atau mati, kau tak peduli. Dan aku, tak pernah berani membunuh harapan itu.
Kau hanya datang, menawarkan janji yang ternyata belum mampu kau tepati, dan bodohnya aku percaya; kepercayaan yang kau sia-siakan
Sekarang aku menghabiskan waktu dengan bertanya-tanya; apa aku tidak pernah begitu penting bagimu, sehingga begitu mudah kau lepaskan kata yang menabuhkan luka di dadaku?
Tidak ada yang tersisa saat ini, hanya ada kepala dengan segala keinginan-keinginan yang belum sempat kita penuhi bersama. Haruskah aku juga berhenti, lalu melanjutkan perjalanan meski dengan ketakutan yang kini tak bisa lagi kuhindari?Kau datang membesarkan harapan di hatiku, lalu tanpa aba-aba kau menjatuhkan hatiku hingga tergeletak begitu saja. Kau pergi begitu saja tanpa rasa bersalah, dan dengan tololnya aku memaklumi seolah pergimu hanya untuk sementara. Tidak ada lagi yang bisa kuharapkan darimu, sekalipun suatu hari nanti kau akan kembali dengan segala maaf yang terlalu terlambat untuk kuterima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~
PoetryBiarkan catatan ini menjadi jejak tentang rasa yang kini berhasil dihapus jarak dan waktu. Sebab masing-masing kita sudah berada pada titik tanpa perlu berlanjut di paragraf baru. Yaa, dengan satu kata penutup: "selesai". Meski kau tak pernah betul...