Aku hanya kertas coretan kecil. ~

103 5 0
                                    

Kita dekat, namun telah dikalahkan oleh jarak. Kita jauh, bukan karna jarak, namun oleh sikap.

Sikap yang aku sendiri tak menyadari sedari kapan kamu berubah dan sampai pada akhirnya, aku terkalahkan oleh sosok yang lain. Yang kini sedang kamu dambakan dan kamu bahagiakan.

Aku menikmati patah hatiku sendiri. Dan karena diriku sendiri, kesalahanku yang salah mengira dan salah menilai arti dari kedekatan kita sebelumnya. Cerita (yang teramat) singkat nan manis dan indah yang kita ukir bersama. Bagiku itu cerita manis, meski bagimu aku tau itu tak berarti apa-apa.

Aku menikmati patah hatiku sendiri. Dan karna diriku sendiri, dimana kesalahanku adalah aku tidak pandai menelaah kalimat demi kalimat manis yang kamu ukir jadi sebuah harapan namun belum bisa menjadi cerita, aku hanya bisa meng-aamiini dan akan berusaha dengan setulus dan sepenuh hati menjadikan harapan yang kau tulis itu menjadi sebuah cerita (yang nyata).

Ralat, bukan hanya harapanmu, tapi juga harapanku.

Aku masih menikmati patah hatiku sendiri. Karna diriku sendiri. Dimana aku salah mengerti, aku salah memahami perasaanmu. Rasamu yang pernah kau ucapkan. Kurasa itu hanya rasa ‘bahagia‘ saja. Bukanlah sayang apalagi cinta. Menurutku, Terlalu jauh kupikir jika perasaanmu itu benar cinta adanya. Tapi tidak bagiku, aku…sudah terlanjur.

Dan aku masih menikmati patah hatiku sendiri. Karna diriku sendiri. Dimana aku sebegitu cepatnya berharap dan mengharap. Tanpa pandai aku menelaah kalimat yang pernah kau sampaikan saat itu.

Kini aku sadar. Kedekatan kita bukanlah apa-apa. Tak pernah berarti apa-apa. Kuperjelas lagi, kedekatan yang tak pernah memiliki arti.

Tapi itu hanya bagimu dan menurutmu.

Bagiku…. Biarlah aku sendiri yang tahu. Biarlah aku sendiri yang mengartikannya. Aku merasa tidak punya malu jika kusebutkan disini. Untuk menjelaskannya saja.. Sangat terasa sulit.

Kini aku benar-benar menyadari. Aku yang selama ini menyayangimu, sendirian.

Aku yang selama ini mencintaimu, sendirian.

Aku yang selama ini bergulat dengan kegelisahanku. Sebulan lebih lamanya aku dipermainkan oleh persepsiku sendiri. Kebodohanku yang tidak berani untuk menanyakan hal yang ingin kutanyakan langsung padamu. Aku hanya tak ingin mengganggu kenyamananmu. Aku yang bodoh mengharap jawaban tanpa mengajukan pertanyaan.

" You have to figure out that i’ve never stop thinking about you in every single day.."

Aku hanya mengusahakan semua dalam doa. Aku belum sempat mengusahakanmu dalam segala perbuatan yang berarti. Segala apa yang bisa kulakukan buatmu. Jika saja waktu benar-benar bisa kembali. Kan kulakukan semuanya, tanpa jeda.
Hanya sedikit yang bisa kuberi. Dimana itu tidaklah berarti apa-apa buatmu.

Kini aku benar-benar menyadari, sikap manismu dan perasaanmu padaku hanya sebagai penghilang rasa bosanmu. Bosan menunggu dia yang saat ini akhirnya dia kamu dapatkan.

Dia yang telah melengkapimu. Dia yang selama ini kau kejar. Dia yang selama ini kamu dambakan.

Jangan khawatir denganku. Khawatir? Tunggu… Sepertinya kamu bahkan tidak peduli dengan kabarku. Iya… Biarlah.

Tak apa. Aku mencoba mengikhlaskan. Karna doaku selama ini telah Tuhan kabulkan. Agar kau mendapatkan kebahagiaan yang kau inginkan dan kau butuhkan. Doa yang tiada putus aku panjatkan, telah Tuhan wujudkan.

Aku.

"Aku hanyalah Abu. Yang tak tahu apakah Abu memiliki dan memunculkan keindahan..? "

Aku hanyalah kertas coretan kecil. Yang kau tuliskan kalimat hingga menjadi paragraf indah, dan kau ukir gambar yang menciptakan imajinasi luar biasa untukku. Namun semua itu hanya sekedar coretan kecil nan membahagiakan. Yang tidak pernah menjadi sungguhan.

Berbahagialah dengan apa yang telah kau dapatkan.

Karna disini aku masih tetap mensyukuri. Mensyukuri kau telah dapatkan bahagiamu. Walau denganmu.

Aku tetap bersyukur bisa mengenalmu. Mengenalmu dari apa yang aku tahu dan aku kenal langsung darimu. Bukan dari perkataan orang lain, atau dari cerita orang lain. Bagaimanapun kamu di masalalu. Baik buruknya kamu di masalalu. Bukanlah urusanku. Aku tetap senang bisa mengenalmu.

Dari perkenalan singkat dan kedekatan kita yang tak pernah ada artinya itu.

Kini telah mendewasakanku.

Terima kasih kamu.

Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang