Bersama puntung-puntung rokok kesayangan, aku membelah malam,
menjadikan sepi berteman, menakuti diri dengan kesepian, dan akhirnya hidup dengan penyiksaan,
begitu dalam, begitu kelam,
Hidup tak berhenti disana, mata lampu hanya meredup, kau tak akan selamanya tertidur, pagi sanggup membangunkanmu dengan mentarinya.
Untukku yang dekat dengan kehilangan, hitunglah bintang satu per satu, capailah mimpi yang kau mau, kelak kau bisa banggakan itu di waktu yang baru.
entah harus berapa malam lagi kau lewati dengan merenung, menjadi bodoh oleh kesetiaanmu,
menjaga, menahan yang tak saling menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~
PoesíaBiarkan catatan ini menjadi jejak tentang rasa yang kini berhasil dihapus jarak dan waktu. Sebab masing-masing kita sudah berada pada titik tanpa perlu berlanjut di paragraf baru. Yaa, dengan satu kata penutup: "selesai". Meski kau tak pernah betul...