Tidak selalu bermakna: Tempat aku pulang, meski aku pun tetap meng-iya kan jika itu adalah definisi paling tepat tuk kata "Rumah."
Sebab ini masih perihal kamu yang sempat kunamai "Rumah". Tempat paling nyaman yang selalu menarikku kembali, memulangkan begitu banyak rindu.Namun, perlahan aku sadar jika rumah itu hanyalah angan dalam perasaan-perasaan begitu ingin memiliki. Ah, aku lupa bertanya, "Kau Rumah, milik siapa?" Hingga aku pun bertemu dengan kenyataan yang membuat kepala pening, hati seolah dicabik-cabik cemburu, kala kutahu "Rumah" yang kuinginkan sudah diisi oleh seseorang yang lain. Dan ia enggan tuk beranjak sejengkal pun. Lalu tuk apa aku berlama-lama berada di depan pintu jika pada akhirnya aku tak bisa masuk, apalagi tinggal menetap (?) Ahh, pilihanku hanya satu; Segera berkemas mencari rumah baru, meski diam-diam kecewa terlanjur mengarati hatiku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~
PoetryBiarkan catatan ini menjadi jejak tentang rasa yang kini berhasil dihapus jarak dan waktu. Sebab masing-masing kita sudah berada pada titik tanpa perlu berlanjut di paragraf baru. Yaa, dengan satu kata penutup: "selesai". Meski kau tak pernah betul...