Perihal Semestaku. ~

8 0 0
                                    

Apa yang kamu tahu perihal Semestaku? Ketika dadaku kau sesaki dengan tanda tanya yang berkepanjangan, dan musim-musim yang kerap tak pernah menjanjikan lagi pagi di esoknya. Di mataku, dunia tak lagi berwarna, hanya ada hitam dan putih yang menjelma menjadi apa saja; meski mereka bilang, kanvasku berwarna paling indah yang pernah ada.

Andai kesabaran masih ku dekap, barangkali tak perlu kupatahkan langkah; dan tak ada kata sia-sia dalam penantian.
Andai aku yang mampu membuatmu bertahan, barangkali tak akan ada hati lain yang kau genggam.
Andai kita yang kau inginkan, barangkali tak perlu banyak jika yang menghajar habis isi kepala.

“Andai, kata ‘andai’ tak pernah ada”

Aku bukanlah manusia yang pandai memuja apa-apa yang kau punya, bukan juga manusia yang berdompet tebal. Namun, doaku tak pernah kandas, meski seringnya genggamanku kau lepas.

Sudah habiskah inginmu atas kita?.

Bukan karena cintaku akanmu telah tutup usia; ialah sebab cintaku yang teramat, hingga kepergianku adalah langkah yang paling tepat.
Berbahagialah dengan hati yang kau pikir sempurna, dan aku akan merayakan kematian -yang kau dan aku sebut-KITA, dengan puisi berpita gulita.

Kau tahu, di pusara ini, bukanlah bunga yang menghias di atasnya; ialah langkah pergiku yang telah lama kau nantikan. Di dalam sana, telah kukuburkan ingin dan mimpi yang pernah kita warnai bersama.
Maafkan, untuk kerasnya hatiku menujumu.
Kita telah usai, tepat ketika namaku kau hapus dalam doa.

Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang