Sejak awal aku memang salah. ~

382 23 0
                                    

Waktu seperti menarikmu pergi. Pelan-pelan menghapus kedekatan kita selama ini. Seolah jarak adalah kesepakatan yang kita setujui bersama. Kukatakan aku baik-baik saja meski aku masih saja menyimpan harap dalam lipatan rindu. Yaa, Aku rindu. Rindu sekaligus sakit. Sama-sama karenamu dan sama-sama pula oleh jauh yang menjadi sebabnya.

Aku rindu huruf-hurufmu menyapa ponselku. Pada obrolan ringan yang selalu melahirkan senyum juga debar di dada. Pada kata-kata yang mengakrabkan kita. Diam-diam semua ini membuat perih menusuk lebih dalam.
Oleh kenyataan yang masih berusaha kurelakan; Bahwa kau-bagai angin yang kurasakan namun tak mampu kusentuh. Hanya datang sesuka hati, memberi nyaman lalu pergi. Atau seumpama hujan yang kunikmati namun tiada mampu kucegah tuk menetap lebih lama sesuai inginku. Juga seperti senja. Mustahil menjadi milikku seorang diri.

Kau: Ingatan paling ramai yang berusaha kusangkal hadirnya memenuhi kepala, kenangan yang tak rela kuletakkan di masa lalu, juga perasaan sungguh-sungguh yang sedang berusaha kusulap menjadi biasa saja (seperti kala kita masih asing dahulu). Dear... Bahagia kah kau? Kita menjadi seperti ini? Mungkin kau iya tapi aku terluka dengan sangat. Tak sedikit pun pahammu singgah membujukku tuk tetap tinggal; Setitik harap yang baru saja kuusir jauh-jauh agar luka segera melonggarkan pelukannya. Karena sejak awal aku memang sudah salah mencintai sosok yang tiada mampu berpaling dari pria di masa lalunya.

Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang