Jalan Panjang Yang Tak Ingin Kita Lalui. ~

20 3 0
                                    

Terakhir kali kita berbincang, kau sempat bercerita tentang seseorang baru yang sedang mengisi hidupmu. Menurutku ini keadaan yang cukup adil. Aku di sini tak mengenal henti mendoakan kebaikanmu, sedang di sana kau telah berhasil menemukan cerita baru.

Suatu hari kita pasti akan bertemu kembali dengan membawa cerita yang lebih menarik. Tentang bagaimana caramu membesarkan hati menerima kenyataan takdir, upayaku berdamai dengan keinginan kuatku yang telah gagal memilikimu, atau tentang cerita lucu yang bisa membuatmu terbahak sambil menutup mulut - kebiasaanmu yang aku sukai.

Salah satu di antara kita, entah itu kau atau aku, sudah menyerupai layang-layang yang terbang tinggi sekali. Sementara benang-benangnya, anggap saja waktu yang disediakan Tuhan agar kita berpikir ulang tentang salah atau tidaknya jika kita terus menerus menuruti perasaan masing-masing. Kau harus menikmati bahagiamu baik-baik. Tak perlu bercerita kepadanya tentang aku. Jangan buat ia ciut nyali jika tahu bagaimana caraku mencintai. Senyum yang di sini dan tawa yang di sana akan memberimu pengertian yang cukup, bahwa bahagia bisa saja tumbuh di mana saja, dari siapa saja jika kau izinkan.

Akhirnya kita sampai pada keadaan di mana saling melepaskan sudah seperti jalan panjang yang sebenarnya tak ingin kita lalui, namun harus kita tempuh.
Jangan lupa berkabar. Setidaknya, kita masih memiliki cara meredam kekhawatiran kalau salah satu dari kita akan perlahan memudar atau dilupakan tanpa sadar.

Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang