Sebatas Ingatan. ~

130 15 4
                                    

Aku membenci segala bentuk keyakinan yang pernah kutujukan untuk mendapatkanmu. Dulu rumangsaku, berjalan bersamamu adalah suka yang ingin kujaga sepanjang waktu. Menemanimu adalah bentuk dari diskusi dengan rindu yang tiap harinya menuntut temu. Lalu segalanya berubah satu demi satu. Langkah kakimu yang tak lagi sejajar denganku. Aku jauh kautinggal di belakangmu. Sampai-sampai kehilanganmu adalah jalan buntu yang kulewati sebelum sembuh lukaku.

Aku membenci segala hal tentang perasaan yang dewasa sebelum waktunya. Dulu seingatku, aku paling waras untuk tidak sembarangan jatuh cinta. Tapi nyatanya, bertemu denganmu membuatku hilang segala rasa. Aku mulai terbiasa mebiarkan luka yang makin hari memborok di rongga dada. Anehnya, aku malas membiarkannya sembuh seperti semula. Entah mungkin karena aku mulai terbiasa, dengan segala bentuk senyummu yang pada akhirnya melahirkan lara.

Kini, rinduku sebatas ingatan. Sebuah kenangan yang dilahirkan sepi dengan kadar tak bisa dibayangkan. Kauberi aku luka secara terang-terangan, hingga tertatih aku mencoba berdiri meskipun tanpa perlawanan. Kau memang seharusnya tak pernah kulawan, karena tanpamu, ada rindu yang dipasung di dalam hati hingga membuatku tertawan.
Kini yang kubisa hanyalah merelakan. Kau sudah terlalu jauh untuk bisa diselamatkan. Atau aku yang sudah mulai enggan kau jadikan pelampiasan.

Pada akhirnya, aku menyadari banyak hal. Tentang rasa yang tak bisa dipaksakan.
Kita memang terlahir dengan garis perasaan yang tak sama. Aku setia, kau mungkin mendua. Aku yang tak peka atau mungkin kau yang hanya sekedar bercanda.

Selamat hari memendam rasa.
Semoga tidak ada bagianku yang tertinggal di hatimu yang dusta.

Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang