Seperti Lilin. ~

190 13 0
                                    

Rindu ini bukan perihal jarak yang harus disesali. Bisa jadi ia tercipta dari sikapmu yang tak lagi mau peduli. Hari ini aku ingin bertanya pada sebuah pergi. Langkahnya berderap berulang kali, menggema di seisi ruang hati. Namun anehnya ia melahirkan sepi yang datang bersama gigil itu sendiri. Lalu segalanya mendadak sunyi, hanya dipenuhi tangis yang kueja tanpa henti, mungkin sampai nanti.

Pada awalnya, ada banyak hal yang mampu membuatku bahagia. Mendengar suaramu adalah salah satunya. Sebelum kauputuskan untuk lelah berjuang bersama, meninggalkanku tanpa melihat cinta itu pernah ada. Seperti membuangku begitu saja; aku kaulepaskan dan kautersenyum tanpa kecewa.

Sayangnya kaumungkin lupa; cintaku tunggal untuk hatimu yang pernah tinggal.

Aku ingin membiasakan rasa takut yang sempat ada semenjak pergimu waktu itu. Di tengah hatiku yang menjerit dengan luka menganga di sana, aku berusaha terlihat sekokoh batu. Mencampakkan rasa sakit itu sendiri yang berulang kali ingin membunuhku. Seperti keputusanmu yang tiba-tiba, meninggalkanku dengan seloyang pengharapan namun kaubiarkan tak tersentuh karena rindu.

Aku hilang, atau mungkin kaulah yang sebenarnya tak pernah benar-benar datang. Singgahmu yang sebentar saja mungkin hanya pelukan yang tak mampu kukenang. Lalu siapa sebenarnya yang ingin kaujadikan tempat pulang? Jika bukan aku, lantaskah ada dambaan lain hingga akhirnya membuatmu bimbang.

Cinta, sekarang akulah yang harus merasa takut. Tanpa jeda sedihku pun menjadi kisah pilu secara berurut. Segala hal tentang kita sekarang tinggal memori berkabut. Tak bisa lagi kauselamatkan dan biar saja aku berteduh pada rindu yang semakin menuntut. Aku yang hanya jatuh di hatimu sebentar namun luka ini abadi merajam tubuhku dari berbagai sudut.

Malam itu tidak banyak yang sedang kupikirkan. Di sudut ingatan, rinduku bertepuk sebelah tangan. Aku menjadi layaknya beban yang tak bertuan. Dari kejauhan kulihat kaumemilih untuk meninggalkan. Setelah merasa cukup kaujadikan aku dambaan, sekarang kita pada akhirnya tak bisa lagi sejalan. Mungkin sudah saatnya untukku meingkhlaskan. Maaf karena tidak bisa mengantarkanmu sampai tujuan. Mari kita sudahi cinta ini di persimpangan jalan. Kau ke kiri, biarkan aku ke kanan. Tapi biar saja kita masih bisa berpandangan. Anggap ini sebagai kado Tuhan paling tak kauharapkan. Satu hal yang ingin kusampaikan, semoga dengannya kau bisa menemukan sandaran. Bukan lagi tempat singgah yang bisa dengan mudah kaulepaskan.

Sekarang ijinkan aku merelakanmu dengan semestinya. Seperti lilin ulang tahun yang ditiup sebelum orang lain bertepuk tangan.

Selamat datang pelampiasan.
Semoga umurmu lebih panjang dari sekedar singgah lalu diabaikan.

Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang