"Luka seperti apalagi yang harus kunikmati.
Katakan saja, lakukan saja.
Hingga kelak rasa sakitnya tak lagi terasa."
Tak ada alasan yang lain mengapa bertahan kecuali terlanjur cinta.
Aku memilih untuk tetap bertahan meski disakiti. Bukannya tidak perih, dan bukannya tidak sadar kalau seperti orang bodoh, hanya saja alasan tulus mencintai terlalu kuat.Ini tentang kamu, yang sampai saat ini tetap kucintai. Meskipun aku merasa sikapmu seolah melakukan penolakan terhadapku. Atau lebih tepatnya tak pernah menganggap kehadiranku.
Katanya mencintai seseorang ialah hal yang paling indah. Menyenangkan, membawa imaji melayang ke dalam kisah romansa yang mengagumkan. Lalu, mengapa mencintaimu harus sesakit ini? Berkali kau gores luka, entah dengan sengaja atau tidak. Dan parahnya, aku tetap berada di sana, bertahan menjatuhkan cinta padamu.
Aku merasa asing, meski aku berada di tempat yang sama, sejak awal aku berdiri atas nama cinta. Terkadang aku rela disakiti olehmu, bukan karena aku pasrah kepada keadaan. Hanya saja aku terlampau takut kehilangan sosokmu. Aku mencoba tetap tertawa, meski kau terlalu sering lukiskan kecewa.
Ingin rasanya aku merebah, menghentikan segala langkah.
Membuang resah, membahasakan rasa lelah.
Sekuat tenaga kucoba tetap tabah dalam gundah, tidak ingin kujumpai kata kalah.Bisakah sebentar saja kita bertukar peran, kau yang jatuh cinta sedemikian dalamnya, dan aku yang mengabaikan sedemikian mudahnya. Menganggap segala rasa hanya sekadar angin lalu, yang berhembus tanpa tau rasa perihnya sebuah ketiadaan.
Ah, percuma. Kamu akan tetap seperti itu, acuh dan tak peduli akanku. Tak apa, aku akan tetap sabar menantimu sadar. Kelak, kita akan buktikan, siapa yang lebih kuat, aku yang mencintaimu, atau kau yang tak henti mengabaikanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~
PoetryBiarkan catatan ini menjadi jejak tentang rasa yang kini berhasil dihapus jarak dan waktu. Sebab masing-masing kita sudah berada pada titik tanpa perlu berlanjut di paragraf baru. Yaa, dengan satu kata penutup: "selesai". Meski kau tak pernah betul...