Doa yang kau kenali.
Kata-kata luber penuh percuma.
Di hadapan jaring waktu semua harapan merajut takdirnya sendiri.
Semoga apa pun yang membuat kau lebih hadir, menjelma.
Termasuk gumpalan awan putih dari selatan dan dari utara, serta yang terlihat paling tebal dari barat daya itu, berenang mengumpul di atas wajahku.
Sebab kau kenali aku pula sebagai pengembara bodoh yang tak pernah bersentuhan dengan kuas dan kanvas, apalagi memintamu ke dalam sebuah lukisan.Maka aku membayangkan awan-awan makin belukar merangkai satu per satu tiap sisi wajahmu.
Dan kau boleh membayangkan aku sedang duduk di atas jembatan kecil yang melintasi pengairan irigasi desa kecil yang jauh darimu ini.
Kau anggap saja pengairan ini tegak pada ketinggian dua meter lebih di atas jalanan desa dan petak-petak sawah.
Maka embus angin bukan lagi ungkapan yang bual untuk menyapu tengkukmu, dan yang tak tak hadir di matamu, tersisa bayanganku.Memejamlah kau dan gambarkan aku di kepalamu sedang berbaring memandang langit biru sambil merindukanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~
PuisiBiarkan catatan ini menjadi jejak tentang rasa yang kini berhasil dihapus jarak dan waktu. Sebab masing-masing kita sudah berada pada titik tanpa perlu berlanjut di paragraf baru. Yaa, dengan satu kata penutup: "selesai". Meski kau tak pernah betul...