Tak ingin aku bersumpah, tetapi demi Tuhan rindu itu memang tak mudah, di sore yang mendung aku pernah dengan sengaja mencari kau. Di kelokan, di persimpangan, di lapangan, di semua tempat orang-orang berkerumun yang aku temui, selalu tercetus doa; semoga di antara mereka, ada kau salah satunya. Di titik rindu tersulit, aku pernah berasumsi; sakitnya rindu dua orang yang terikat hubungan itu tiada apa-apanya dibanding rindu seseorang kepada yang bukan siapa-siapanya. Dan untuk kali ini, aku harus sedikit memaksa kau untuk sepakat. Maka sesekali aku ingin tahu rasanya dirindukan dengan teramat.
Sesekali aku ingin tahu rasanya jadi kau. Dan betapa mudah sekali tak merindukan apa-apa. Sebab belum pernah kujumpai yang tertulis ataupun yang tak tertulis, tentang sebuah cara untuk merindukan tanpa menerima resah dan keresahan. Barangkali itulah harga untuk merindukanmu yang mesti kulunasi, dengan doa atau mungkin juga air mata. Mengapa untuk aku kau terlalu jauh? sejenak saja aku ingin sekali lagi, di samping kau, berdebar-debar karena kau. Sekali lagi saja.
- yang rindu kau, dengan benar-benar rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~
PoetryBiarkan catatan ini menjadi jejak tentang rasa yang kini berhasil dihapus jarak dan waktu. Sebab masing-masing kita sudah berada pada titik tanpa perlu berlanjut di paragraf baru. Yaa, dengan satu kata penutup: "selesai". Meski kau tak pernah betul...