Kehilanganmu sudah berhasil membuatku mencintai kesepian melebihi kesepian itu sendiri.
Masih terekam jelas di ingatanku, kamu berhasil membungkam kosakata yang hendak kusampaikan, sebuah ungkapan rindu tak tertahan. Ketika sebuah abjad, merasa tidak mampu untuk berdiri sendiri diatas putihnya sehelai kertas tanpa bantuan sepasang tangan yang merangkai huruf tersebut.Ketika pendar cahaya kunang-kunang yang kupelihara meredup perlahan, dan aku berharap dengan puisimu, sinarnya ceria kembali hadir.
Bertemankan pilu, bersahabatkan susah hati, aku patuh maumu, tanpa menangis kukemasi pecahan hati yang berserak, memasukannya dalam lipatan harapan, agar kelak bisa kembali merekat walau berbekas.Pada luka yang menganga aku berjalan pasif, kelebat kenangan tentang kita serupa relief yang bermunculan dengan teratur. Frasanya sungguh rapi.
Pada sudut trotoar waktu yang kulewati, bekas jejak kita beriringan masih nampak ranum merona.
Pun pada setiap persimpangan yang kita lalui, disana terdapat beratus bahkan beribu ceceran rindu yang tersemai.
Menemukan kemudian kehilangan merupakan dua sisi romantisme, yang tidak bisa dipungkiri suka dukanya.Seumpama sebuah pohon, rindu ini kini merambat sendiri, satu-satunya yang kelak mempertemukan pecinta dan tercinta adalah akar pohon itu sendiri.
Masih tentang sebuah kehilangan, yang menjadi hal terberat bagiku sekarang adalah selalu ingin mengingatmu di tengah usahaku melupakanmu dan melepaskanmu, yang telah memilih dirinya.Dan,
Tenyata mengingat tentangmu…sama halnya mengeja duka dari A sampai Z
KAMU SEDANG MEMBACA
Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~
PoetryBiarkan catatan ini menjadi jejak tentang rasa yang kini berhasil dihapus jarak dan waktu. Sebab masing-masing kita sudah berada pada titik tanpa perlu berlanjut di paragraf baru. Yaa, dengan satu kata penutup: "selesai". Meski kau tak pernah betul...